PROSES
PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“IAD, ISD,
IBD “
Oleh:
Henditia Wahyu K.S C
74211161
M. Alif jauhar C
74211176
Muhammad Fahruddin Zuhri C
94211189
Dosen Pembimbing:
Moh. Zamroni, M.Pd.I
FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH (ES F)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia sebagai mahluk yang berpikir
dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk mengenal,
memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, serta berusaha untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Dari dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami
dan memecahkan masalah menyebabkan manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.
Pengetahuan yang diperoleh mula-mula
terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang ada, kemudian semakin
bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya. Kemudian
pengetahuan yang didapatnya, terus dikembangkan sehingga manusia sampai saat
ini terus berkembang dan akhirnya manusia dapat menciptakan beberapa benda
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Maka
dari itu di sini kami akan menjelaskan proses berkembangnya pola pikir manusia
yang terus berkembang dari zaman ke zaman, dari dahulu sampai sekarang.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana proses perkembangan pola pikir manusia?
2. Apa perbedaan pola pikir manusia dengan mahluk lainnya?
3. Apa saja faktor yang menyebabkan berkembangnya proses pola pikir
manusia?
4. Bagaimana cara manusia memperoleh pengetahuan?
5. Bagaimana sesungguhnya proses
berfikir manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
Sejak lahirnya di muka bumi ini, manusia
bersentuhan dengan alam. Persentuhan dengan alam menimbulkan pengalaman. Alam
memberikan rangsangan kepada manusia melalui pancaindera. Jadi, pancaindera
merupakan alat komunikasi antara alam dengan manusia yang membuahkan
pengalaman.
Pengalaman itu saat demi saat bertambah,
karena manusia ingin mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang hakiki: Apa,
bagaimana, dan mengapa, baik atas kehadirannya di dunia ini, maupun atas segala
benda yang telah mengadakan kontak dengan dirinya.
Perkembangan pola pikir manusia ini dari
zaman ke zaman terus berubah bahkan bertambah, karena dipengaruhi oleh beberapa
faktor, di antaranya :
A.Rasa Ingin Tahu
Ilmu pengetahuan alam bermula dari rasa ingin
tahu, yang merupakan suatu ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu
tentang benda-benda di alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari, bahkan
ingin tahu tentang dirinya sendiri (antroposentris).[1]
Manusia
sebagai mahluk, mempunyai ciri-ciri :
1.Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat
khusus terutama otaknya.
2. Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat
yang masuk dan keluar.
3. Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan dari luar.
4. Memiliki potensi berkembang biak.
5. Tumbuh dan bergerak.
6. Berinteraksi dengan lingkungannya
7. Mati.[2]
Sesuai dengan ciri
manusia pada poin (1), yakni mereka punya otak. Maka manusia mulai tumbuh rasa
ingin tahunya. Rasa ingin tahu ini tidak dimiliki oleh mahluk lain, seperti
batu, tanah, sungai dan angin. Sedangkan air dan udara bergerak dari satu
tempat ke tempat lain, namun gerakannya itu bukanlah atas kehendaknya sendiri,
tetapi akibat dari pengaruh ilmiah yang bersifat kekal.
Bagaimana
halnya dengan mahluk-mahluk seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang? Misalnya
daun-daun cenderung mencari sinar matahari atau akar yang cenderung mencari air
yang kaya mineral untuk pertumbuhan hidupnya. Kecenderungan semacam ini terus
berlangsung sepanjang zaman.
Bagaimana
halnya dengan binatang yang menunjukkan adanya kehendak untuk berpindah dari
satu tempat ke tempat lain? Misalnya burung. Burung bergerak dari satu tempat
ke tempat lain didorong oleh suatu keinginan, rasa ingin tahu. Ingin tahu
apakah sutau tempat cukup aman untuk membuat sarang?. Setelah mengadakan
eksplorasi, tentu mereka jadi tahu. Itulah pengetahuan dari burung tadi. Burung
juga memiliki pengetahuan untuk membuat sarang di atas pohon.
Bagaimana
halnya dengan manusia?. Manusia juga memiliki insting seperti yang dimiliki
oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan. Namun manusia memiliki kelebihan yaitu adanya
kemampuan berfikir. Dengan kata lain, curiosity-nya tidak idle. Tidak tetap
sepanjang zaman. Manusia memiliki rasa ingin tahu yang berkembang, atau
kemampuan berfikir. Setelah tahu tentang apanya, mereka ingin tahu bagaiman dan
mengapa begitu.
Manusia
mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya
yang baru, sehingga menjadi suatu akumulasi pengetahuan. Rasa ingin tahu
manusia ini menyebabkan pengetahuan mereka menjadi berkembang. Hal ini tidak
saja meliputi kebutuhan-kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari, seperti
bercocok tanam atau membuat panah atau lembing untuk berburu, tetapi juga
berkembang sampai pada hal-hal yang menyangkut keindahan.
Rasa
ingin tahu semacam ini tidak dimiliki oleh hewan. Rasa ingin tahu pada hewan
hanya terbatas pada rasa ingin tahu yang tetap. Yang tidak berubah dari zaman
ke zaman. Hewan bergerak dari satu tempat ke tempat lain hanya didorong oleh
rasa ingin tahunya yang bersangkutan erat dengan nalurinya saja.
Dengan
selalu berlangsungnya perkembangan pengetahuan itu tampak lebih nyata bahwa
manusia berbeda dengan hewan. Manusia merupakan mahluk hidup yang berakal serta
mempunyai derajat yang tertinggi bila dibandingkan dengan hewan atau mahluk
lainnya.
B. Mitos
Perkembangan selanjutnya adalah manusia berusaha
memenuhi kebeutuhan non fisik atau kebutuhan alam pikirannya. Rasa ingin tahu
manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan maupun
pengalamannya. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban atas
keingintahuannya itu. Sebagai contoh, “mengapa gunung meletus?”, karena tak
tahu jawabannya, manusia mereka-reka sendiri dengan jawaban “si penunggu gunung
itu sedang marah”. Di sinilah muncul pengetahuan baru yang disebut “si
penunggu”. Dengan menggunakan jalan pikiran yang sama, muncullah anggapan
adanya “si penunggu”. Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah
yang kita sebut mitos. Cerita yang berdasarkan atas mitos disebut legenda.
Mitos timbul disebabkan antara lain oleh keterbatasan alat indera manusia.
1.Alat penglihatan.
Banyak benda yang bergerak begitu cepat sehingga
tak tampak jelas oleh mata. Mata tak dapat membedakan benda-benda. Demikian
juga jika benda yang dilihat terlalu jauh, maka mata tak mampu melihatnya.
2. Alat Pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang
mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 per detik. Getaran di bawah tiga
puluh atau di atas tiga puluh puluh ribu per detik tak terdengar.
3. Alat pencium dan Pengecap
Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang
dikecap maupun diciumnya. Manusia hanya dapat membedakan 4 jenis rasa, yaitu
rasa manis, asam, asin dan pahit. Sedangkan untuk bau sendiri juga manusia
tidak dapat menciumnya dengan seluruhnya. Seperti bau parfum dan lainnya dapat
tercium oleh hidung kita bila konsentrasinya di udara lebih dari sepersepuluh
juta bagian. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda yang
lain.
4. Alat Perasa[3]
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan
panas atau dingin. Namun, ini sangat relatif sehingga tidak dapat dipakai
sebagai alat observasi yang tepat.
Alat-alat indera tersebut berbeda-beda di
antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Ada yang sangat tajam dan adapula
yang tidak. Akibat keterbatasan alat indera tersebut, maka besar kemungkinan
timbul salah inform,asi, salah tafsir atau salah pemikiran. Untuk meningkatkan
alat indera tersebut perlu diperlukan beberapa usaha. Di antaranya penciptaan
alat bantu pancaindera, meskipun alat yang diciptakan tersebut masih mengalami
kesalahan.
Jadi, mitos itu dapat diterima
oleh masyarakat pada masa itu karrena:
a) Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan
keterbatasan pengindraan baik langsung maupun dengan alat.
b) Keterbatasan penalaran manusia pada masa
itu.
c) Hasrat ingin tahunya terpenuhi.
Menurut Auguste Comte
(1798-1857 M), dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu
maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam tiga tahap:
- Tahap teologi atau fiktif
- Tahap filsafat atau metafisik atau
abstrak
- Tahap positif atau ilmiah riil.
Pada tahap teologi atau
fiktif, manusia berusaha untuk mencari dan menemukan sebab yang pertama dan
tujuan yang terakhir dari segala sesuatu, dan selalu dihubungkan dengan
kekuaatan gaib. Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam
kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala dan
peristiwa dikuasai dan diatur oleh para dewa atau kekuatan gaib lainnya.
Tahap metafisika atau abstrak
merupakan tahap di mana manusia masih tetap mencari sebab utama dan tujuan
akhir, tetapi manusia tidak lagi menyandarkan diri kepada kepercayaan akan
adanya kekuatan gaib, melainkan pada akalnya sendiri, akal yang telah mampu
melakukan abstraksi guna menemukan hakikat segala sesuatu.
Tahap positif atau riil
merupakan tahap di mana manusia telah mampu berfikir secara positif atau riil,
atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang dikembangkan secara positif
melalui pengamatan, percobaan dan perbandingan.
Selanjutnya berdasar kemampuan berfikir manusia yang semakin maju dan
perlengkapan pengamatan yang semakin sempurna, maka mitos dengan berbagai
legenda semakin ditinggalkan orang, dan cenderung menggunakan akal sehat atau
rasio.
Tokoh-tokoh yunani dan lainnya yang telah memberikan sumbangan perubahan
berpikir pada waktu itu adalah:
1.
Anaximander
Dia berpendapat bahwa langit yang kita lihat sebenarnya hanya setengah
saja.langit dan segala isinya itu beredar mengelilingi bumi, dan pendapat itu
dapat bertahan sampai abat pertengahan.
2.
Anaximenes (560-520)
Dia berpendapat bahwa unsur-unsur dasar pembentukan semua benda itu
adalah air ,seperti pendapat Thales.[4]
3.
Herakleitos
(560-470)
Dia berpendapat bahwa api yang menyebabkan transmutasi, tanpa api benda-benda
akan tetap seperti adanya.
4.
Pythagoras (500SM)[5]
Dia berpendapat bahwa unsur dasar semua benda sebenarnya adalah empat
yaitu: tanah, api, udara, dan air,sebagai mana yang diungkapkan oleh
orang-orang sebelumnya.
5.
Demokritos (460-370)
Dia berpendapat tentang unsur-unsur dasar benda. Bila suatu benda dibagi
terus menerus, maka pada suatu saat sampai pada bagian yang terkecil yang tidak
dapat dibagi lagi.
6.
Empedokles (480-430)
Dia menyempurnakan ajaran Pythagoras dan memperkenalkan tentang tenaga
penyekap atau daya tarik-menarik dan daya tolak-menolak.kedua tenaga itu yang
dapat mempersatukan atau memisahkan
unsur-unsur itu.
7.
Plato (427-345)
Dia berpendapat bahwa keanekaragaman yang tampak ini sebenarnya hanya
suatu duplikat saja dari semua yang kekal dan immaterial.
8.
Aristoteles (384-322)
Dia berpendapat bahwa di dalam unsur dasar terdapat adanya zat tunggal
yang disebut Hule. Dan juga dia berpendapat bahwa tidak ada ruang yang
hampa, maka bila suatu ruang tidak terisi oleh suatu benda akan diisi oleh
sesuatu yang immaterial yaitu ether .Ajaran Aristoteles yang penting
adalah pola berpikir berdasar logika untuk mencari kebenaran.
9.
Ptolomeus (127-151M)
Dia berpendapat bahwa bumi sebagai sistem tata surya (geosentris),
terbentuk bulat, diam seimbang tanpa tiang penyangga.
C. Tahapan
Pemikiran Manusia.
Bagaimana sesungguhnya proses
berfikir pada manusia? Jika kita telaah lebih lanjut akan kita dapati bahwa
untuk dapat berfikir membutuhkan beberapa komponen, diantaranya :
1)
Fakta.
Manusia
membutuhkan fakta yang akan dijadikan objek berfikirnya.
2)
Indera.
Untuk
dapat mencerap fakta-fakta yang akan dipikirkan. Seperti mata untuk dapat
melihat, peraba, pendengaran, dan indera yang lainnya.
3)
Otak.
Merupakan
organ yang berfungsi untuk menterjemahkan setiap fakta yang diserap.
4)
Informasi sebelumnya.
Tanpa
informasi manusia tidak dapat untuk memahami fakta yang sedang dihadapinya.
Adapun
perkembangan alam pikiran manusia sampai dengan kelahiran Ilmu Pengetahuan Alam
sebagai ilmu yang mantap melalui 4 tahap, yaitu :
a.
Tahap mitos.
b.
Tahap penalaran.
c.
Tahap pengalaman dari percobaan.
d.
Tahap metode keilmuan.
BAB III
KESIMPULAN
·
Adapun faktor yang mempengaruhi perkembangan
pola piker manusia diantaranya karena rasa ingin tahu dan juga adanya mitos
- Yang
membedakan antara manusia dengan hewan yakni pola berpikirnya. Setelah
manusia tahu apa, maka manusia akan mencari tahu tentang mengapa, bagaimana
dan seterusnya hingga mereka merasa puas. Tetapi untuk hewan tidak punya
pola piker yang seperti itu.
- Mitos
timbul disebabkan karena keterbatasan alat indera, di antaranya :
-
Indera penglihatan
-
Indera pendengaran
-
Indera pencium dan pengecap
-
Indera perasa
- Mitos itu dapat diterima oleh
masyarakat pada masa itu karrena:
a. Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan keterbatasan pengindraan baik langsung
maupun dengan alat.
b. Keterbatasan penalaran manusia pada masa
itu.
c. Hasrat ingin tahunya terpenuhi.
- Beberapa
komponen yang diperlukan untuk mengembangkan pola piker manusia, yakni :
-
Fakta.
-
Indera
-
Otak
-
Informasi sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Paryono, Joko,
Drs. dkk., Ilmu Alamiah Dasar, Bandung, Pustaka Setia, 1998.
Tasmuji, Drs.
dkk., IAD,ISD,IBD, Surabaya, IAIN Sunan Ampel Press, 2011.
Jasin, Maskorie,
Drs., Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1995.
Mawardi, Drs.
dkk., IAD,ISD,IBD, Bandung, Pustaka Setia,
2007.
Ahmadi, Drs.
H.A, Supatmo, Ir. A, Ilmu Alamiah
Dasar, Jakarta, PT Rineka Cipta, 1997.
[1] Drs.
Mawardi dan Ir. Nur Hidayati, IAD, ISD, IBD.(Bandung : Pustaka Setia.
2007) hlm. 11
[2] Drs. H.
Ibnu Mas’ud dan Drs. Joko Paryono, IAD, (Bandung: Pustaka Setia,1998)
hlm.10
[3] [3] Drs.
Mawardi dan Ir. Nur Hidayati, IAD, ISD, IBD.(Bandung : Pustaka Setia.
2007) hlm. 14
[5] Dia juga
terkenal sebagai ahli matematika dan penemu dalil Pythagoras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar