PENDAHULUAN
Ø LATAR BELAKANG
Ilmu Budaya Dasar (IBD)
sebagai mata kuliah dasar umum (MKDU) diberikan kepada mahasiswa-mahasiswa di
seluruh perguruan tinggi negeri atau swasta, bertujuan untuk mengembangkan daya
tangkap, persepsi, penalaran, dan apresiasi terhadap lingkungan budaya. Hal ini
penting disebabkan oleh dua hal:
1.
Tema-tema ilmu budaya dasar merupakan
tema-tema inti permasalahan dasar manusia yang dialami dan dihadapi seperti
tema-tema yang telah disusun oleh Konsorium Antar-Bidang Depdikbud yang
meliputi cinta kasih, keindahan, penderitaan, keadilan, pandangan hidup,
tanggung jawab dan keadilan, kegelisahan, dan harapan.
2.
Pada zaman sekarang terdapat
kecenderungan bahwa ilmu atau ilmuan sering mengabaikan masalah sikap dan
perilaku moralnya sendiri terhadap sesama manusia. Yang ada dalam pikiran
ilmuan adalah menguak tabir aspek ontologis dan epistemologis demi mencapai
kelezatan hidup materialnya saja. Ilmuwan dalam menerapkan ilmunya (segi
aksiologisnya) sering mengabaikan unsur manusiawinya, kurang berbudaya, dan
tidak “halus”. Padahal, pembangunan nasional itu pada hakikatnya adalah
pembangunan manusia.
Ø RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian dari Ilmu Budaya Dasar?
2.
Apa latar belakang adanya ilmu budaya
dasar?
3.
Apa saja ruang lingkup ilmu budaya
dasar?
4.
Apa hubungan ilmu budaya dasar dengan
ilmu eksak?
Ø TUJUAN PENULISAN
Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk mengembangkan daya tangkap, persepsi, penalaran, dan apresiasi
terhadap lingkungan budaya. Dan juga untuk mejelaskan pentingnya Ilmu Budaya
Dasar sebagai fondasi membangun moral mahasiswa. Agar tercipta manusia dengan
kepedulian tinggi terhadap sesamanya. Dan mengenalkan ilmu budaya dasar serta
hubungannya dengan ilmu eksak. Bahwa kedua ilmu ini adalah memiliki keterikatan
satu sama lain.
A.
PENGERTIAN
ILMU BUDAYA DASAR
“Ilmu
Budaya Dasar” adalah suatu pengetahuan yang menelaah berbagai masalah
kemanusiaan dan budaya, dengan menggunakan pengertian-pengertian yang berasal
dari dan telah dikembangkan oleh berbagai bidang pengetahuan keahlian yang
tergolong dalam Pengetahuan Budaya.[1]
Definisi
tentang pengetahuan budaya : “Pengetahuan Budaya (the humanities) adalah
pengetahuan yang mencakup keahlian (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian ini
dapat dibagi lagi dalam keahlian-keahlian lain, seperti seni sastra, seni tari,
seni music, seni rupa dan lain-lain. Dengan demikian disini jelas dapat
dibandingkan antara pengertian the humanities (Ilmu Budaya Dasar) dengan
Culture (Kebudayaan). The Humanities atau Humaniora itu menurut L.Wilardjo adalah
: sikap dan perilaku masal moral manusia terhadap sesamanya. Jadi Humaniora ini
dilihat dari definisi L.Wilarjo sebagai seperangkat sikap dan perilaku manusia.
Sedangkan
kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris) = tsaqafah
(bahasa Arab), berasal dari perkataan Latin: “Colere” yang artinya mengolah,
mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau
bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan
aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”. Ditinjau dari bahasa
Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah” yaitu bentuk
jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Pendapat
lain mengatakan bahwa kata budaya adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk
budidaya, yang berarti daya dan budi. Karena itu mereka membedakan antara
budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa
dan rasa; dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.
Menurut Dawson dalam bukunya “Age Of The Gods”, kebudayaan adalah cara hidup
bersama (Culture is a common way of life). Sedangkan menurut E.B Taylor dalam
bukunya : “Primitive Culture” kebudayaan adalah suatu satu kesatuan atau
jalinan kompleks, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, susila,
hokum, adat-istiadat dan kesanggupan-kesanggupan lain yang diperoleh seseorang
sebagai anggota masyarakat. Dan Dr.Moh.Hatta mengatakan kebudayaan adalah
ciptaan hidup dari suatu bangsa.
Sepintas
definisi-difinisi tersebut kelihatan berbeda-beda, namun sebenarnya prinsipnya
sama, yaitu sama-sama mengakui adanya ciptaan manusia. Dapat kita tarik
kesimpulan bahwa : Kebudayaan adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai
kesempurnaan hidup. Dan budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa
dan rasa.
B. LATAR BELAKANG ILMU BUDAYA DASAR
Latar
belakang ilmu budaya dasar bermula dari kritik yang diberikan oleh sejumlah
cendikiawan mengenai system pendidikan kita yang dinilai sebagai warisan system
pendidikan pemerintahan Belanda pada masa penjajahan. System pendidikan
tersebut merupakan kelanjutan dari politik balas budi yang diajukan oleh Conrad
Theodore Van Deventer. Adapun tujuannya adalah menghasilkan tenaga terampil
dalam bidang administrasi, perdagangan, teknik,dan keahlian lain demi
kelancaran usaha mereka dalam mengeksploitasi kekayaan Negara kita.
Sampai
sekarang, system pendidikan yang terkotak-kotak telah menghasilkan banyak
tenaga ahli yang berpengalaman dalam disiplin ilmu tertentu. Padahal pendidikan
itu seharusnya lebih ditujukan untuk menciptakan kaum cendikiawan daripada
mencetak tenaga yang terampil. Para lulusan perguruan tinggi diharapkan dapat
berperan sebagai sumber utama bagi pembangunan Negara secara menyeluruh. Dari
mereka diharapkan adanya sumbangan ide bagi pemecahan masalah social masyarakat
yang sangat kompleks dan berkaitan satu dan lain, dan juga dalam masalah
budaya. Sehingga perguruan tinggi Indonesia mampu menghasilkan sarjana yang
tidak asing dengan kehidupan masyarakat serta gejolak perkembangan dan kebutuhannya,
dan juga mengenali dimensi lain di luar disiplin ilmunya. Sebagai ikhtisar
untuk tujuan itu, Ilmu Budaya Dasar diberikan sebagai pelengkap pembentukan
sarjana, yang mampu memecahkan permasalahan yang timbul dalam lingkungan
masyarakat.[2]
Latar
belakang diberikannya IBD selain melihat konteks budaya Indonesia, juga sesuai
dengan program pendidikan di Perguruan Tinggi dalam rangka menyempurnakan
pembentukan sarjana. Perguruan tinggi diharapkan dapat menghasilkan
sarjana-sarjana yang mempunyai seperangkat pengetahuan yang terdiri atas :
·
Kemampuan akademis yang merupakan
kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan maupun tulisan,
menguasai peralatan analisis, maupun berfikir logis, kritis, sistematis, dan
analitis, memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan
masalah yang dihadapi, serta mampu menawarkan alternatife pemecahannya.
·
Kemampuan profesional yang merupakan
kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Dengan kemampuan
ini, para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
tinggi dalam bidang profesinya.
·
Kemampuan personal yang merupakan
kemampuan kepribadian. Dengan kemampuan ini para tenaga ahli diharapkan
memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan sikap, tingkah laku dan
tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia, memahami dan mengenal
nilai-nilai keagamaan, kemasyarakatan dan kenegaraan, serta memiliki pandangan
yang luas dan peka terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarkat
Indonesia.
Adapun
latar belakang diberikannya mata kuliah IBD dalam konteks budaya, Negara dan
masyarakat Indonesia berkaitan dengan permasalahannya sebgai berikut :
·
Kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri
atas berbagai suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yang tercermin
dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang biasanya tidak lepas dari
ikatan-ikatan primordial, kesukuan dan kedaerahan.
·
Pembangunan telah membawa perubahan
dalam masyarakat yang menimbulkan pergeseran system nilai budaya dan sikap yang
mengubah anggota masyarakat terhadap nilai-nilai budaya. Pembangunan telah
menimbulkan mobilitas social, yang diikuti oleh hubungan interaksi yang
bergeser dalam kelompok masyarakat. Sementara ini, terjadi juga penyesuaian
dalam hubungan antar anggota masyarakat. Dengan demikian, dapat dipahamai bila
penggeseran nilai itu membawa akibat jauh dalam kehidupan berbangsa.
·
Kemajuan dalam bidang teknologi
komunikasi massa dan transportasi, membawa pengaruh terhadap intensitas kontak
budaya antarsuku maupun dengan kebudayaan dari luar. Terjadinya kontak budaya
dengan kebudayaan asing bukan hanya menyebabkan intensitasnya menjadi lebih
besar, tetapi juga penyebarannya berlangsung dengan cepat dan luas
jangkauannya. Terjadilah perubahan orientasi budaya yang kadang-kadang menimbulkan
dampak terhadap tata nilai masyarakat, yang sedang menumbuhkan identitasnya
sendiri sebagai bangsa.
C. RUANG LINGKUP ILMU BUDAYA DASAR
Bertitik
tolak dari kerangka tujuan yang telah dikemukakan di atas, ada dua masalah yang
bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian
mata kuliah Ilmu Budaya Dasar. Kedua masalah tersebut ialah :
·
Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya
merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan
menggunakan pengetahuan budaya (The Humanitie), baik dari segi masing-masing
keahlian (disiplin) di dalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antara
bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
·
Hakikat manusia yang satu atau
universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan
masing-masing zaman dan tempat. Dalam melihat dan menghadapi lingkungan alam,
social dan budaya, manusia tidak hanya mewujudkan kesamaan-kesamaan, akan
tetapi ketidak seragaman yang diungkapkan secara tidak seragam, sebagaimana
yang terlihat ekspresinya dalam berbagai bentuk dan corak ungkapan, pikiran dan
persamaan, tingkah laku, dan kelakuan mereka.
Menilik
masalah pokok yang biasa dikaji dalam mata kuliah Ilmu Budaya Dasar tersebut di
atas, Nampak dengan jelas bahwa manusia menempati posisi sentral dalam
pengkajian. Manusia tidak saja sebagai subjek akan tetapi sekaligus objek
pengkajian. Bagaimana hubungan manusia dengan alam sesama manusia, dirinya
sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula hubungan manusia dengan Tuhan
menjadi sentral dalam Ilmu Budaya Dasar.
Tim
IBD dari Konsorsium sudah berusaha mengadakan pembagian masalah-masalah
tersebut secara fleksibel. Pada tahun 1972 misalnya, masalah-masalah tersebut
dibagi menjadi 10 tema atau 10 topik :
1. Manusia
dan pandangan hidup
2. Manusia
dan asuhan
3. Manusia
dan tanggung jawab
4. Manusia
dan cinta kasih
5. Manusia
dan kegelisahan
6. Manusia
dan derita (penderitaan)
7. Manusia
dan harapan
8. Manusia
dan ketulusan
9. Manusia
dan pengabdian
10. Manusia
dan keadilan
Pada
tahun 1973 Tim IBD membagi masalah-masalah tersebut menjadi 15 tema atau topic,
yang disusun sesuai dengan “lingkungan hidup manusia”.
1. Kelahiran
2. Kebahagiaan
dan humor
3. Cinta
kasih dan keterbukaan
4. Kedirian
manusia dan perkelaminan
5. Pengeluaran,
pemanfaatan, dan penaklukan alam
6. Keindahan
dan khayalan
7. Kekuatan
dan kehormatan
8. Kedakuan,
pemberontakan, dan perbudakan
9. Penderitaan
10. Keadilan
dan hak
11. Kebebasan
12. Kebijakan
dan pandangan hidup
13. Kerinduan
Ilahi
14. Iman
dan kesucian
15. Kematian
Kemudian
pada tahun 1978, Tim IBD menyusun kembali masalah-masalah tersebut menjadi 7
topik yaitu :
1. Keadilan
2. Tanggung
jawab
3. Cinta
kasih
4. Pengabdian
5. Harapan
6. Kegelisahan
7. Penderitaan
Dan
pada tahun 1980 Tim IBD merumuskan menjadi 8 topik :
1. Pandangan
hidup
2. Keindahan
3. Cinta
kasih
4. Tanggung
jawab dan pengabdian
5. Keadilan
6. Kegelisahan
7. Penderitaan
8. Harapan
Akhirnya
pada tahun 1982 Konsorsium menurunkan rumusan terbaru sebagai berikut:
Mata kuliah Ilmu Budaya Dasar adalah
usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum
tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah budaya.
Kedua maslah pokok tersebut di atas,
sudah barang tentu masih memerlukan penjabaran lebih lanjut untuk bisa
dioperasionalkan. Rumusan masalah-masalah yang akan dikaji dalam Ilmu Budaya
Dasar diformulasikan ke dalam satu tema, yaitu menusia sebagai makhluk Budaya.
Tema ini akan dikembangkan lebih lanjut ke dalam delapan pokok bahasan, dan sub
pokok bahasan, yaitu :
1. Manusia
dan cinta kasih
-
Cinta antara pria dan wanita
-
Kekeluargaan
-
Persaudaraan
2. Manusia
dan keindahan
-
Kontemplasi
-
Ekstasi
3. Manusia
dan penderitaan
-
Nasib buruk
-
Penyesalan
-
Kehilangan yang dicintai
4. Manusia
dan keadilan
-
Rasa keadilan
-
Perlakuan yang adil
5. Manusia
dan pandangan hidup
-
Cita-cita
-
Kebajikan
6. Manusia
dan tanggung jawab serta pengabdian
-
Kesadaran
-
Kewajiban
-
Pengorbanan
7. Manusia
dan kegelisahan
-
Keterasingan
-
Kesepian
-
Ketidakpastian
8. Manusia
dan harapan
-
Kepercayaan diri
-
Gairah mengatasi kesulitan
Dari
pengembangan masalah-masalah tersebut di atas nempak sekali bahwa orientasi
dalam Ilmu Budaya Dasar memang tidak terlepas dari masalah-masalah manusia dan
kebudayannya.
Kedelapan
pokok bahasan (beserta sub pokok bahasan) tersebut di atas pada dasarnya
termasuk dalam karya-karya yang tercakup dalam pengetahuan budaya (the
humanities).
Dan
sebagaimana dikemukakan, untuk mendekati masalah yang akan dikaji dengan Ilmu
Budaya Dasar, bisa digunakan cabang-cabang pengetahuan budaya, baik secara
sendiri-sendiri maupun gabungan antara berbagai bidang. Perwujudan mengenai
cinta kasih, misalnya terdapat dalam karya-karya sastra, tarian, music,
filsafat, lukisan, patung dan lain sebagainya yang semuanya merupakan
benda-benda budaya. Untuk itu poko bahasan mengenai manusia dan cinta kasih
dapat didekati dengan menggunakan karya-karya tersebut.
Dengan
penyusunan tema-tema semacam itu, dimaksudkan agar mahasiswa lebih mudah
mengidentifikasikan dengan masalah yang dibahas dan untuk menunjukkan bahwa
hal-hal yang didiskusikan sesuai dengan pengalaman hidup manusia.
Di
samping itu agar mahasiswa juga dapat memperhatikan norma-norma yang membantu
pendidikan. Walaupun penyusunan semacam itu diharapkan untuk mendekatkan dengan
pengalaman mahasiswa, masih terbuka kemungkinan untuk menyesuaikan dengan
kondisi tempat belajar daerah setempat.
D. HUBUNGAN ILMU BUDAYA DASAR DENGAN ILMU-ILMU
EKSAK
1. Hubungan
IBD dengan Ilmu Teknik
Sesuai dengan
pengertian dan sasaran ilmu budaya, maka tidak mengherankan jika pengetahuan
budaya dasar itu berkaitan sekali dengan ilmu-ilmu teknik, justru ilmu
teknologi itu adalah hasil dari budaya manusia. Karena itu tidak mengherankan,
jika karya budaya itu menuntut kekuatan, keindahan, kepraktisan, dan
sebagainya.
Hal itu dapat kita
perhatikan pada hasil yang berbentuk bangunan-bangunan, seperti rumah, bangunan
jembatan, motor, robot dan lain sebagainya.
2. Hubungan
IBD dengan Ilmu Pertanian
Sesuai dengan pendapat
dalam uraian di atas, yaitu hubungan IBD dengan ilmu-ilmu teknologi, maka
hubungan IBD dengan ilmu-ilmu pertanian sama juga.
Hasil kesadaran budi
manusia berkaitan erat dengan ilmu-ilmu pertanian. Hal itu terjadi sejak
masyarakat kita bersifat agraris.
Sekarang, dalam masa
modern ini hasil budi kita juga mengacu arah kemajuan. Karena itulah, maka IBD
berusaha mengikuti perkembangan dan mengaitkan dengan ilmu-ilmu pertanian
modern, antara lain: berperhatian pada tanah sebagai fokusnya, pada tanam-tanamannya,
pada hama dan penyakitnya dan berperhatian kepada perekonomiannya dan
seterusnya.
·
Hubungan IBD dengan tanah sebagai
fokusnya
Konsep IBD merupakan
pengejawantahan manusia yang berbudi, sadar untuk berperhatian langsung kepada
tanah sebagai focus sasarannya. Manusia itu bergabung dengan manusia lain dan
akhirnya akan berkelompok. Mereka mempunyai tujuan yang sama untuk mencapai
cita-citanya dan mereka itulah yang kita sebut masyarakat. Dalam masyarakat
itulah biasanya mereka membuat peraturan-peraturan bersama dan peraturan itu
ditiadakan, kemudian peraturan itu diturunkan kepada anak keturunannya.
Mengenai hubungan
manusia dengan tanah dalam alam modern ini sering timbul pertentangan karena
adat masyarakat itu. Masyarakat mempertahankan berlakunya adat yang dipatuhi,
sedang masyarakat modern menginginkan ketidak patuhannya demi ide yang diliputi
akal budi yang sadar. Untuk kepentingan itu akal budi manusia selalu berusaha
agar dapat memperbolehkan tanahnya diolah dan diubah untuk meningkatkan
produksi, serta mengubah tanahnya yang kurang subur itu menjadi tanah yang
subur serta bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. Begitu pula mengenai
penggunaan alat-alat modern dalam pertanian, waktu pengolahan dan waktu
bertanam. Biasanya usaha itu oleh adat dianngap tabu.
Disinilah peranan ilmu
budaya untuk mengatasi kesulitan sampai mencapai tujuan.
·
Hubungan IBD dengan tanam-tanaman
sebagai fokusnya
Sesuai dengann sub
pokok bahasan mengenai tanam-tanaman pun sering menjadi masalah yang rumit
untuk di atasi. Hal itu terasa sekali ketika kita akan mengubah tanaman pada
jenis wulu dengan tanaman padi jenis PB. Begitu pula bagaimana cara kita
menjelaskan kepada masyarakat untuk dapat izin menanam jenis tanaman tertentu
dicampur dengan tanaman yang lain yang berguna, tetapi tidak merugikan tanaman
yang pokok. Jelas tidak benar, jika para budayawan akan mencapai tujuannya itu
dengan cara melawan adat.
Di sinilah para
budayawan pertanian berperan sekali untuk mengajak masyarakat berpartisipasi
dalam pengembangan di sector pertanian. Untuk meningkatkan pengembangan itu
para ahli yang berbudaya yang cocok dengan tanah kita.
·
Hubungan IBD dengan hama dan penyakit
sebagai fokusnya
Sering masyarakat
menuduh dengan mudah atau melemparakan kesalahan kepada para ahli berkenaan
dengan munculnya hama penyakit tanam-tanaman yang melandanya. Pendapatnya,
datangnya hama penyakit disebabkan dewa/roh yang berkuasa menghukunya. Orang
harus sadar, bahwa roh yang marah itu harus segera diberi upeti dan segera sang
dewa itu mau menghilangkan penyakit yang menimpanya. Jika para ahli menjelaskan
adanya penyakit itu maka mereka menolaknya. Dalam hal ini masyarakat kurang
mudah memahami apa yang dimaksud pembaharuan dan pembangunan berdasarkan penalaran
yang sakit untuk memberantasnya.
Di sini pula para ahli
yang berbudaya dituntut untuk segera bisa mengatasi kesukaran-kesukaran yang
berhubungan dengan pembangunan di sector pertanian dengan perwujudan dapat
memberantas hama tikus, wereng, dan sebagainya. Anggapannya, perwujudan yang
nyata itu akan dengan segera diterima oleh masyarakat. Karena itu obat hasil
penelitiannya yang manjur dan ampuh tersebut yang diharapkan oleh mereka.
Masalah ini justru yang menjadi tantangan bagi para masyarakat ilmiah.
·
Hubugan IBD dengan perekonomian sebagai
fokusnya
Memperhatikan masalah ekonomi, mengolah
orang cenderung berfikir tentang usaha, mengolah dan memasarkannya. Dengan
ekonomi itu orang akan dengan mudah memperhatikan gerak masyarakat dalam
pembangunan ini. Dengan melalui perekonomian manusia budaya akan selalu
berusaha, bagaimana hasil sector pertanian itu dapat dikembangkan dengan
leluasa, baik versifat nasional maupun bersifat internasional.
·
Hubungan IBD dengan ilmu kedokteran
Sejak dengan ilmu-ilmu
kedokteran yang sifatnya lebih kearah manusia, maka sudah jelas kiranya, bahwa
pengetahuan budaya yang berkaitan dengan hasil kesadaran manusia akan parallel
dengan ilmu-ilmu kedokteran.
Segala penalaran dokter
sebagai manusia akan sama dengan penalaran budi manusia. Ilmu kedokteran yang
selalu memikirkan jasmani dan rohani manusia akan selalu dituntut oleh keadaan
lingkungan masyarakat. Salah piker dari seorang dokter berarti akan
bertentangan dengan hati nurani manusia yang melekat dalam pribadi sang dokter.
Sebaliknya kesuksesan dokter akan selalu menjunjung tinggi dan mengangkat nama
harumnya, karena segala kesuksesan itu tentu dilandasi oleh budi/ pikiran
manusia secara sadar. Justru karena itulah, Fakultas kedokteran akan selalu
parallel dan tidak akan sumbang dengan penalaran manusia yang kreatif dan
bermoral tinggi.
Hal itu dapat
diperhatikan dari contoh-contoh kehidupan sang dokter. Mereka tidak akan pilih
kasih menghadapi pasiennya, apakah si pasien itu kaya atau miskin. Bagi dokter
yang penuh dedikasi baik ia akan menghadapi pasiennya sama saja. Sang dokter
akan puas sekali, jika ia mampu menyembuhkan paisennya yang mungkin sekali ia
sudah tak akan tertolong, menurut perhitungan ilmiah.
Dalam kehidupan
sehari-hari sang dokter akan merasa diuji oleh janji dokternya, Ia diuji agar sang dokter mau memberi
suntikan yang mematikan terhadap seseorang. Disini sang dokter dengan
kebudayaan yang tinggi dan perasaaan yang penuh cinta kasih harus memberi
jawaban/ tindakan yang sesuai dengan penalaran yang baik.
Dengan demikian
hubungan IBD dengan dokter sebagai pribadi akan mampu memberi jawaban dengan
menyadarkan ketidak puasannyadalam kehidupan bermasyrakat.
Jadi IBD merupakan ilmu
yang bertugas mendasari mental pribadi mahasiswa yang untuk dapat menerima, meresapi
dan menghayati ilmu-ilmu budaya di samping ilmu-ilmu lain yang menjadi ilmu
disiplinnya masing-masing.
Gerak manusia budaya
dalam masyarakat selalu menarik hubungan penalaran manusia terhadap ilmu-ilmu tertentu.
Inilah sebabnya IBD sebagai ilmu akan selalu berkaitan dengan ilmu-ilmu yang
lain, baik antar ilmu-ilmu humaniora dengan ilmu-ilmu social atau ilmu-ilmu
eksak. Hubungan ilmu budaya dasar dengan ilmu-ilmu teknik dapat dilihat pada
karya manusia yang berbudi sadar seperti : bangunan-bangunan, baik bangunan
yang sederhana maupun bangunan raksasa, misalnya jembatan yang sederhana yang
biasa orang menyebut titian sampai dengan jembatan panjang sekali: bangunan
rumah dapat kita perhatikan bangunan rumah sederhana sampai dengan bentuk
ukiran bangunan yang berujud alat-alat elektronik yang sangat sederhana sampai
alat-alat elektronik yang maju sekali.
Hubungan il;mu budaya
dasar dengan ilmu-ilmu pertanian dalam hal ini hubungan IBD dengan ilmu-ilmu
pertanian dapat terlihat pada penalaran manusia terhadap tanah, terhadap
tanam-tanaman, terhadap hama penyakit, terhadap bio kimia untuk mengatasi
hambatan-hambatan yang berhubungan demngan sector pertanian. Selanjutnya
penalaran manusia terhadap perekonomian pertanian pun menjadi masalah yang tak
luput dari pemikiran ilmu budaya dasar.
Hubungan ilmu budaya
dasar dengan ilmu-ilmu kedokteran tampak jelas, sebab ilmu kedokteran itu
sendiri berada atau merupakan ilmu-ilmu yang secara langsung berkaitan dengan
manusia sebagai sasarannya. Di sinilah ilmu kedokteran itu berperan sekali
dalam kehidupan manusia. Jadi, budi manusia yang luhur harus dapat menguasai
atau menyelubungi segala tindak tanduk sang dokter.
KESIMPULAN
v Ilmu
Budaya Dasar” adalah suatu pengetahuan yang menelaah berbagai masalah
kemanusiaan dan budaya, dengan menggunakan pengertian-pengertian yang berasal
dari dan telah dikembangkan oleh berbagai bidang pengetahuan keahlian yang
tergolong dalam Pengetahuan Budaya.
v Kebudayaan
adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Dan budaya
adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa.
v Latar
belakang ilmu budaya dasar bermula dari kritik yang diberikan oleh sejumlah
cendikiawan mengenai system pendidikan kita yang dinilai sebagai warisan system
pendidikan pemerintahan Belanda pada masa penjajahan dengan tujuan menghasilkan
tenaga terampil dalam bidang administrasi, perdagangan, teknik,dan keahlian
lain demi kelancaran usaha mereka dalam mengeksploitasi kekayaan Negara kita. Padahal
pendidikan itu seharusnya lebih ditujukan untuk menciptakan kaum cendikiawan
daripada mencetak tenaga yang terampil. Para lulusan perguruan tinggi
diharapkan dapat berperan sebagai sumber utama bagi pembangunan Negara secara
menyeluruh. Dari mereka diharapkan adanya sumbangan ide bagi pemecahan masalah
social masyarakat yang sangat kompleks dan berkaitan satu dan lain, dan juga
dalam masalah budaya
v Ruang
lingkup Ilmu Budaya Dasar terdiri dari:
1. Manusia
dan cinta kasih
2. Manusia
dan keindahan
3. Manusia
dan penderitaan
4. Manusia
dan keadilan
5. Manusia
dan tanggung jawab serta pengabdian
6. Manusia
dan kegelisahan
7. Manusia
dan harapan
v Hubungan
IBD dengan ilmu eksak. Sesuai dengan pengertian dan sasaran ilmu budaya, maka
tidak mengherankan jika pengetahuan budaya dasar itu berkaitan sekali dengan
ilmu-ilmu teknik, justru ilmu teknologi itu adalah hasil dari budaya manusia.
Karena itu tidak mengherankan, jika karya budaya itu menuntut kekuatan,
keindahan, kepraktisan, dan sebagainya. Jadi IBD merupakan ilmu yang bertugas
mendasari mental pribadi mahasiswa yang untuk dapat menerima, meresapi dan
menghayati ilmu-ilmu budaya di samping ilmu-ilmu lain yang menjadi ilmu
disiplinnya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Veeger.
Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : PT
Prehallindo, 2001
Tri
Prasetya, Joko. Ilmu Budaya Dasar.
Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1991
Sulaeman,
Munandar. Ilmu Budaya Dasar. Bandung
: PT REFIKA ADITAMA, 1998
Mawardi, IAD-ISD-IBD. Bandung: PT PUSTAKA
SETIA, 2007
Tim
Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya.
IAD-ISD-IBD. Surabaya : IAIN Sunan Ampel Pers, 2011
Veeger,
K.J. Realitas Sosial. Jakarta : PT
Gramedia, 1985
mantap nih buat di copas, minta yah sob buat tugas
BalasHapus