BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Islam mempunyai konsep keseimbangan dalam segala hal. Ia
tidak melupakan dunia untuk meraih akhirat, dan tidak melupakan akhirat untuk
meraih dunia. Islam memandang kehidupan manusia sebagai unit integral yang mencakup
berbagai hal. Islam memperhatikan masalah perang sebagaimana ia memperhatikan
masalah damai. Di samping itu Islam juga memperhatikan masalah kenegaraan
sebagaimana ia memperhatikan masalah rukun-rukun islam dan akidah.
Sedangkan akidah sendiri harus dipelajari sampai kepada
pokok dan cabang-cabangnya. Apalagi kita sebagai orang yang bernotaben islam
maka kita harus bersikap (berkeyakinan) terhadap agama Islam dan mempelajari
secara utuh terhadap pokok dan cabang-cabangnya.
Apalagi di dalam dinamika negara kita yang dalam bidang
akidahnya perlu diperbaiki, sebab pada masyarakat saat ini banyak salah
penafsiran atas pokok-pokok akidah di dalam penafsiran dan juga penerapan dalam
perbuatannya. Apalagi sekarang banyak tumbuh para filusuf yang dalam menafsirkan
hal tersebut banyak menggunakan rasio mereka, tetapi kalau kita kembalikan
kepada Al-Qur’an dan As-sunnah, maka semua tidaklah mengandung makna sama
sekali. Sebab semua yang berkaitan dengan Zat-Zat Allah, proses penciptaan alam
ataupun sejenisnya, maka kita akan sadar sesungguhnya akal fikiran kita tidak
mampu dalam memikirkannya.
Karena sesungguhnya masalah yang demikian itu hanya Allah
SWT saja yang tau dan kita sebagai manusia biasa tidak diberi kebijakan untuk
memikirkan semua hal yang berkaitan dengan itu, terutama dalam proses
penciptaan alam ini.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian akidah dan pokok-pokok akidah ?
2.
Apa saja klasifikasi sifat-sifat allah sesuai dengan
dzatnya ?
3.
Apa pengetian tauhid berdasarkan para ulama’ dan
juga pembagiannya?
4.
Ada berapa pembagian syahadat itu menurut jumhurul
Ulama’?
5.
Bagaimana proses penciptaan alam berdasarkan
Al-Qur’an?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Akidah
Islam
Akidah
dalam bahasa Arab berasal dari kata aqada,
ya’qidu, aqdan yang artinya simpul, ikatan, atau perjanjian. Yang mana
kalau dijabarkan mempunyai arti suatu keyakinan di mana di dalamnya berisi
suatu hal-hal mengenai pandangan agama secara kuat dan sulit untuk dipatahkan.
Sedangkan
Islam itu sendiri adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW
dan ia adalah agama yang berintikan keimanan dan perbuatan (amal).[1]
Keimanan
itu merupakan akidah dan pokok, yang di atasnya berdiri syari’at Islam.
Kemudian dari pokok itu keluarlah cabang-cabangnya.
Keimanan
dan perbuatan, atau dengan kata lain akidah dan syari’at. Keduanya itu antara
satu dengan yang lain sambung-menyambung, hubung-menghubungi dan dapat berpisah
yang satu dengan yang lainnya. Keduanya adalah sebagai buah dengan pohonnya,
sebagai musabbab dengan sebabnya atau sebagai natijah (hasil) dengan
mukaddimahnya (pendahuluannya).
Perbuatan
itu merupakan syari’at dan cabang-cabang yang dianggap sebagai buah yang keluar
dari keimanan serta akidah itu. Adapun pokok dan cabang dari akidah di
antaranya :
1. Zat
Allah dan sifat-sifat
2. Makna
syahadat dan pembagiannya
3. Tauhid
dan pembagiannya
4. Alam
dan proses penciptaannya
5. Al-Qur’an
dan kitab-kitabNya
6. Malikat,
roh, dan jin
7. Eskatalogi,
dan bentuk-bentuknya
Tapi
di makalah ini kami cuma menjelaskan poin 1-4. Untuk poin selanjutnya akan
dijelaskan di makalah yang selanjutnya.
a.
Zat
Allah dan Sifat-sifatNya
Sifat Wajib
|
Arti
|
Sifat
|
Sifat Mustahil
|
Arti
|
Wujud
|
Ada
|
Nafsiah
|
Adam
|
Tiada
|
Qidam
|
Dahulu
|
Salbiah
|
Huduts
|
Baru
|
Baqa
|
Kekal
|
Salbiah
|
Fana
|
Berubah-ubah
(akan binasa)
|
Mukhalafatuhu
lilhawadith
|
Tidak meyerupai sesuatu
|
Salbiah
|
Mumathalatuhu lilhawadith
|
Menyerupai
sesuatu
|
Qiyamuhu binafsih
|
Berdiri-Nya dengan sendiri
|
Salbiah
|
Qiamuhu bighairih
|
Berdiri-Nya
dengan yang lain
|
Wahdaniyat
|
Esa (satu)
|
Salbiah
|
Ta'addud
|
Lebih
dari satu (berbilang)
|
Qudrat
|
Kuasa
|
Ma'ani
|
Ajzun
|
Lemah
|
Iradat
|
Berkehendak (berkemauan)
|
Ma'ani
|
Karahah
|
Tidak
berkemauan (terpaksa)
|
Ilmun
|
Mengetahui
|
Ma'ani
|
Jahlun
|
Bodoh
|
Hayat
|
Hidup
|
Ma'ani
|
Al-Maut
|
Mati
|
Sam'un
|
Mendengar
|
Ma'ani
|
Sami
|
Tuli
|
Basar
|
Melihat
|
Ma'ani
|
Al-Umyu
|
Buta
|
Kalam
|
Berbicara
|
Ma'ani
|
Al-Bukmu
|
Bisu
|
Kaunuhu qaadiran
|
Keadaan-Nya yang berkuasa
|
Ma'nawiyah
|
Kaunuhu ajizan
|
Keadaan-Nya
yang lemah
|
Kaunuhu muriidan
|
Keadaan-Nya yang berkehendak menentukan
|
Ma'nawiyah
|
Kaunuhu mukrahan
|
Keadaan-Nya
yang tidak menentukan (terpaksa)
|
Kaunuhu 'aliman
|
Keadaan-Nya yang mengetahui
|
Ma'nawiyah
|
Kaunuhu jahilan
|
Keadaan-Nya
yang bodoh
|
Kaunuhu hayyan
|
Keadaan-Nya yang hidup
|
Ma'nawiyah
|
Kaunuhu mayitan
|
Keadaan-Nya
yang mati
|
Kaunuhu sami'an
|
Keadaan-Nya yang mendengar
|
Ma'nawiyah
|
Kaunuhu ashamma
|
Keadaan-Nya
yang tuli
|
Kaunuhu bashiiran
|
Keadaan-Nya yang melihat
|
Ma'nawiyah
|
Kaunuhu a'maa
|
Keadaan-Nya
yang buta
|
Kaunuhu
mutakalliman
|
Keadaan-Nya yang berbicara
|
Ma'nawiyah
|
Kaunuhu abkam
|
Keadaan-Nya
yang bisu
|
Di dalam mempelajari sifat dua puluh yang wajib bagi Allah,
kita menghadapi beberapa istilah yang tertulis di sebagian kitab-kitab Tauhid,
istilah-istilah ini adalah kategori sifat-sifat dua puluh yang telah
dijelaskan oleh para ulama, dari dua puluh sifat Allah yang wajib, sesuai
dengan tabel di atas dapat digolongkan
menjadi empat kategori, yakni ( 1 ) Sifat Nafsiyyah, ( 2 ) Sifat
Salbiyyah ( 3 ) Sifat Ma`ani ( 4 ) Sifat Maknawiyyah.
I - Sifat Nafsiyyah
adalah
: Sifat yang menetetapkan adanya Allah dan menunjukkan kepada DzatNya Allah
tanpa ada sesuatu tambahan pada Dzat.
Maksud sifat yang tetap adalah :
Adanya sifat tersebut pada Dzat Allah yang menunjukkan Allah itu ada, bukan
seperti sifat salbiyah, sebab sifat salbiyyah tidak tetap pada Dzat, tetapi
hanya menolak sifat-sifat yang tidak patut dan layak kepada Dzatnya Allah SWT. Dan maksud tanpa ada sesuatu tambahan pada Dzat
adalah : Sifat Nafsiyyah ini bukanlah tambahan pada Dzat, Sifat Nafsiyyah tidak
seperti sifat Ma`ani yang mana sifat Ma`ani tambahan dari DzatNya.
Adapun
sifat Nafsiyyah adalah sifat WujudNya AllahSWT, dengan maksud bahwa wujudnya
Allah itu adalah tetap pada DzatNya Allah dan bukan tambahan dari Dzat. Maka
wajib bagi Allah
bersifat Wujud, mustahil Allah bersifat tidak ada
(Adam).
Sesuai dengan
firman Allah Ta’ala dalam S. A’rof ayat 54 yang artinya
:
”Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah
yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia beristawa di
atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”.
Sifat
wajib Allah yang masuk kategori sifat ini yakni cuma satu sifat, yaitu sifat Wujudnya Allah. Yang berarti bahwa itu
ada. Maka mustahil jika Allah memiliki sifat adam (tidak ada).
II. Sifat Salbiyyah[2]
Adapun
yang termasuk dalam golongan sifat-sifat salbiah yaitu :
1.Qidam
Sifat
Qidam menolak adanya permulaan bagi Allah SWT. dengan kata lain, bahwa
Allah SWT adalah Maha Awwal
yakni Maha Dahulu (Qidam). Arti dari keMaha Awwalannya ini
ialah bahwa Allah SWT adalah tidak ada permulaan bagi wujudNya. Jadi wujud atau
adanya Allah Ta’ala itu tidak pernah didahului oleh ketiadaan sebelumnya.
Sesuai
dengan firman Allah Ta’ala dalam S. Hadid ayat 3 yang artinya:
“ Dia (Allah) adalah
Maha Pertama, Maha Terakhir, Maha Terang dan Maha Tersembunyi dan Dia adalah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Maksud dari sifat Allah di atas yakni di antaranya :
Maha Pertama maksudnya yang terdahulu sekali wujudnya bila dibandingkan dengan segala
yang maujud ini tanpa didahului oleh ketiadaan.
Maha
Terakhir maksudnya kekal selama-lamanya setelah rusaknya
segala yang maujud ini.
Maha Terang maksudnya bahwa dengan bekas-bekas ciptaanNya merupakan bukti yang terang
yang menunjukkan tentang adanya Allah Ta’ala itu.
Maha Tersembunyi maksudnya bahwa Allah Ta’ala adalah Dzat yang tidak
dapat dicapai oleh pancaindera dan tidak dapat diliputi oleh akal fikiran.[3]
2.Baqa’
Sifat Baqa` menolak adanya kesudahan
dan kebinasaan Wujud Allah SWT, mustahil bagi Allah bersifat Fana` atau binasa.
Dengan kata lain, bahwa Allah tidak pernah dihinggapi oleh kerusakan atau
kebinasaan, sebab Allah Ta’ala itu memang wajibul wujud yakni wajib adaNya.
Sesuai dengan firman Allah Ta’ala
dalam S. Rahman ayat 26-27 yang artinya :
“segala yang ada di bumi itu akan musnah.
Dan
Dzat Tuhamnu akan tetap kekal selama-lamanya, yaitu Tuhan yang Maha agung dan
Mulia..”
3.Mukhallafatul lilhawaditsi
Sifat yang menolak adanya persamaan
Zat, Sifat dan Perbuatan Allah dengan Zat, sifat dan perbuatan baru, dengan
makna lain bahwa Allah tidak seperti makhluknya. Dengan kata lain, Dia tidak
menyamai segala yang menyerupai mahlukNya itu dan tidak sesuatu mahlukpun yang
menyamai Dia.
Oleh sebab itu apa saja yang
terlintas dalam fikiran dan kenanganmu, maka Allah SWT, pasti berbeda dengan
itu.
Sesuai dengan firman Allah Ta’ala
dalam S. Syura ayat 11 yang artinya :
“tidak ada sesuatupun yang serupa denganNya
dan Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
4.
Qiyamuhu binafsihi
Sifat ini menolak adanya Allah
berdiri dengan yang lainnya. Dengan makna lain bahwa Allah itu Maha Berdiri
sendiri dan atas kekuasaanNya pulalah tegaklah langit dan bumi ini.
Sesuai dengan firman Allah Ta’ala
dalam S. Baqarah ayat 255 atau yang biasa kita kenal dengan ayat kursi, yang
artinya :
“Allah,tiada Tuhan selain dari Dia yang
Maha Hidup serta Berdiri sendiri (ada dengan sendiriNya dan tidak membutuhkan
sesuatupun dari mahlukNya.”
Tidak
dihinggapi oleh rasa kantuk atau tertidur.
bagiNya
segala yang ada di langit dan yang ada di bumi, Siapakah yang dapat menolong (memberi
syafa’at) di sisi Allah selain dengan izinNya?
Allah maha Mengetahui apa yang ada di hadapan
mereka serta apa yang dikehendaki olehNya.
Kursi
Tuhan itu meluas meliputi seluruh langit dan bumi.
Tuhan
tidak merasa berat memelihara keduanya itu, Dia adalah Maha Tinggi lagi Maha
Agung.”
Mari kita
selidiki baik-baik isi ayat di atas. Ayat itu mengikrarkan sejelas-jelasnya
bahwa :
1.
Allah SWT adalah Maha Esa dalam
kedudukanNya sebagai Tuhan yang oleh karenaNya, maka tidak boleh sama sekali
adanya sesuatu yang disembah atau dipuja selain daripadaNya, karena Dia adalah
Maha Hidup yang secara sempurna sekali sifat kehidupanNya, juga yang Maha
berdiri sendiri dan atas kekuasaanNya pulalah tegaknya langit dan bumi ini.
2.
Allah SWT adalah Maha Suci dari
perserupaan dengan yang selainNya dari golongan mahlukNya, yang bersifat hidup
dan terutama pula yang tidak bersifat hidup. Oleh sebab itu Allah tidak akan
dihinggapi kantuk, tidur ataupun terlalai, yang merupakan pendahuluan dari
kantuk.
3.
Segala yang maujud di dalam alam
semesta ini, baik yang berupa langit, bumi ataupun yang ada di dalam kandungan
keduanya itu. Semua adalah menjadi milikNya dan berada di bawah kekuasaanNya
dan bahwa segala sesuatu yabng ada di situ serta semua orang yang ada di
dalamnya wajib tunduk padaNya. Selain itu mau tidak mau pasti tidak dapat
keluar dari takdir yang telah ditentukan olehNya dan tidak dapat terlepas dari
peraturan yang sudah menjadi ketentuan dan kepastianNya.
4.
Bahwa tidak seorangpun akan dapat
memberikan pertolongan atau syafa’at di sisinya, melainkan dengan izin serta
dikehendaki olehNya
5.
Ilmu pengetahuanNya adalah meliputi
segala sesuatu yang ada, tampak atau tersembunyi, yang sudah lampau, yang
sekarang atau yang akan terjadi
6.
Tidak seorangpun dapat mencapai
sedikitpun dari ilmu yang dimiliki Allah Ta’ala itu melainkan menurut kadar
yang telah dikehendaki olehNya pula.
7.
kursiNya adalah meluas di seluruh
langit dan bumi.
8.
Bahwa Allah Ta’ala tidak keberatan atau
merasa kesukaran memelihara, mengatur menertibkan serta mengamankan keadaan
dalam langit dan bumi itu dan bahwa Allah Ta’ala adalah bersifat maha Luhur,
Tinggi dan Agung.[4]
5.
Wahdaniyat
Sifat
ini menolak adanya yang lima :
a) Dzat
Allah tidak tersusun dari beberapa unsur ataupun anggota badan.
b) Tidak
ada satupun Dzat yang sama seperti DzatNya Allah.
c) Sifat
Allah tidak terdiri dari dua sifat yang sama, seperti adanya dua Qudrah.
d) Tidak
ada satupun sifat di dunia ini yang sama seperti sifat Allah SWT.
e) Tidak
ada satupun di dunia ini yang sama seperti perbuatan Allah SWT.
Dengan kata lain, andaikan di langit
dan di bumi ada lagi Tuhan selain Allah Ta’ala yang ikut-ikut mengatur dan
memikir-mikirkan keadaan dan keamanan serta kesejahteraannya, maka sudah tentu
akan morat-maritlah keadaan susunannya, karena kedua Tuhan itu akan berebut
dalam melaksanakan kebijaksanaannya sendiri-sendiri yang tentunya antara satu
dengan yang lainnya akan bertentangan. Jikalau masing-masing sudah ingin
melebihi dari yang lainnya, ingin mengatur sendiri, ingin berkuasa sendiri,
ingin berkuasa sendiri dan ingin lebih unggul, maka tidak ada lain yang akan
terjadi kecuali kehancuran dan kebinasaan.
Sesuai
dengan firman Allah Ta’ala dalam S. Mu’minun ayat 91 yang artinya :
“Allah tidak mengambil (mempunyai) anak dan
tiada pula Tuhan yang lain di sampingNya. (Andaikata Tuhan itu ada yang selain
Allah), maka tentulah setiap Tuhan itu membawa mahluk yang diciptakanNya
sendiri dan sebagian hendak mengalahkan yang lain. Maha Suci Allah dari apa
yang mereka sebutkan tadi.”
III.
Sifat Ma’ani
Adapun
yang termasuk dalam golongan sifat-sifat ma’ani yaitu :
1.Qudrat
Allah Ta’ala itu adalah Maha Kuasa,
tidak lemah sedikitpun untuk melakukan sesuatu. Apa yang tampak di alam semesta
ini. Tidak lain hanyalah sebagai penjelmaan
atau pengejawantahan dari sifat kuasa dan agungnya Allah Ta’ala juga.
Adapun kekuasaan Allah Ta’ala itu dapat
berlaku dalam segala waktu yakni untuk mewujudkan semua yang mungkin atau
melenyapkanNya.
Sesuai dengan firman Allah
Ta’ala dalam S. Qaf ayat 38 yang artinya :
“Sungguh
kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya
dalam enam hari dan kami tidak merasakan kelelahan sedikitpun.”
2.Iradat[5]
Allah
Subhanahu wa Ta’ala itu adalah Maha Berkehendak.Maksudnya Allah menentukan
sesuatu yang mungkin dengan sebagian dari apa yang pantas berlaku untuknya.
Jadi Allah Subhanahu wa Ta’ala itu berhak untuk mengatur segala sesuatu yang maujud
ini sesuai dengan apa yang
dikehendakiNya, kemauanNya, keinginanNya atau yang cocok dengan
kebijaksanaanNya.
Sesuai
dengan firman Allah Ta’ala dalam S. Nahl ayat 40 yang artinya :
,,Bahwasannya firman Kami pada sesuatu itu apabila Kami
menghendaki adanya, Kami berfirman : ,, Adalah (Jadilah) !’’. maka benda itupun
ada (jadi).”
3.Ilmun
Allah
adalah Maha Mengetahui segala sesuatu dan memang apa saja yang maujud sebagai
makhlukNya ini diliput oleh pengetahuanNya, baik sesuatu yang lampau terjadi,
yang sedang terjadi ataupun
yang akan terjadi.
Allah
Ta’ala tidak pernah dihinggapi oleh kelupaan dan bahkan mengetahuiNya itu tidak
dibatasi dengan masa atau tempat.
Sesuai
dengan firman Allah Ta’ala dalm S. Mujadalah ayat 7 yang artinya
,,Tidaklah engkau
perhatikan, bahwa Allah itu Maha Mengetahui apa yang ada dilangit dan yang ada
dibumi ?Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia adalah
keempatnya, dan tiada pula antara lima orang, melainkan Dia adalah keenamnya
dan tida pula kurang atau lebih dari itu melainkan Dia bersama mereka dimana
saja mereka berada.Kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka hari kiamat
tentang apa yang telah mereka lakukan. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
4.Hayat
Allah
Subhanahu wa Ta’ala adalah Maha Hidup. Hidupnya Allah Ta’ala adalah kehidupan yang amat sempurna
sekali, bahkan tidak ada suatu kehidupan yang mendekati kesempurnaan daripada
kehidupan yang dimiliki olehNya.
Kehidupan
Allah Ta’ala itu tidak pernah dihinggapi oleh ketiadaan dan tidak pernah pula
diterapi oleh kemusnahan dan kerusakan.
Sesuai
dengan firman Allah Ta’ala dalam S. Furqan ayat 58 yang artinya
,,Dan bertakwalah
kepada yang Maha Hidup yang tidak akan mati”
5.Sam’un
Allah
Subhanahu wa Ta’ala adalah Maha Mendengar. Jadi dapat mendengar segala sesuatu
yang maujud ini,sampaipun feraknya seekor semut hitam yang berjalan diatas batu
licin pada malam yang amat gelap gulita.
Pernah
terjadi bahwa salah seorang isteri sahabat Rasulullah SAW, mengadukan hal
suaminya kepada beliau Rasulullah SAW. Istri ini agaknya keras kepala sehingga
terjadilah perdebatan antara wanita itu dengan beliau Rasulullah SAW. Kemudian
turunlah ayat 1 dari S. Mujadalah yang artinya berbunyi :
“Sungguh Allah telah mendengar pada wanita
yang mengajukan perkara tentang hal suaminya itu padamu dan mengadukan itu
kepada Allah. Allah mendengar tentang percakapanmu berdua. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
6.Basar
Sebagaimana
halnya Allah Ta’ala itu dapat mendengar segala sesuatu yang maujud ini, maka
Diapun dapat pula melihat semuanya dengan cara penglihatan yang mengandung
pengertian seluas-luasnya, tetapi penglihatan Allah Ta’ala ini tidaklah dengan
menggunakan mata, orang-orangan mata dan lain-lain sebagainya seperti cara
melihatnya manusia atau lain-lain.
Sesuai
dengan firman Allah Ta’ala dalam S. Ghafir ayat 19 yang artinya :
“Allah
mengetahui penghianatan mata dan apa yang tersembunyi dalam hati.:
7.Kalam
Allah
Subhanahu wa Ta’ala adalah Maha Berfirman. Tetapi cara berfirman Allah tidak
dengan dengan huruf ataupun suara. Sifat
ini ditetapkan oleh Allah Ta’ala untuk Dirinya sendiri dan bahwa Dia telah
berbicara kepada Musa, sebagai mana firmanNya :
,,Allah telah memfirmankan firmanNya kepada
Musa” (S. A’raf 13)
Allah
juga memberikan firmanNya kepada para NabiNya, sebagaimana tersebut
,,Dan tidak seorangpun yang diberi
firman oleh Allah, melainkan berupa wahyu”.
(S. Syura 51)
Sifat kesempurnaan
Dua
puluh sifat yang tertera di atas yang wajib bagi Allah terkandung di dalam dua
sifat kesempurnaan. Sifat tersebut adalah:
1.
Istigna'
Kaya Allah
daripada sekalian yang lain daripada-Nya yaitu tidak berkehendak ia kepada
sesuatu. Maksudnya, Allah tidak menghendaki yang lain menjadikan-Nya dan tidak
berkehendakkan tempat berdiri bagi zat-Nya. Contohnya, Allah tidak memerlukan
dan tidak menghendaki malaikat untuk menciptakan Arasy.
Maka, Maha suci
Tuhan daripada tujuan pada sekalian perbuatan dan hukum-hukumnya dan tidak wajib
bagi-Nya membuat sesuatu atau meninggalkan sesuatu.
Sifatnya: wujud,
qidam, baqa', mukhalafatuhu lilhawaditsi, qiyamuhu binafsihi, sama', basar,
kalam, kaunuhu sami'an, kaunuhu basiran, kaunuhu mutakalliman.
2.
Iftiqar
Yang lain
berkehendakkan sesuatu daripada Allah yaitu yang lain berkehendakkan daripada
Allah untuk menjadikan dan menentukan mereka dengan perkara yang harus.
Contohnya, manusia memohon kepada Allah melancarkan hidupnya.
Sifatnya: wahdaniat,
qudrat, iradat, ilmnu, hayat, kaunuhu qadiran, kaunuhu muridan, kaunuhu hayyan.
b. Makna Syahadat dan
Pembagiannya
Syahadat
berasal dari kata syahida – yasyhadu – syahadatan – syahidun, artinya
menyaksikan. Pelakunya disebut syahid atau orang yang menyaksikan. Jadi,
syahadat berarti penyaksian terhadap sesuatu. Menurut istilah syara’, syahadat
artinya penyaksian kesadaran manusia, bahwa di alam raya ini tidak ada Tuhan melainkan Allah SWT. Kalimat penyaksian tersebut
tersimpul dalam kalimat syahadat, yaitu la
ilaha illallah. Apabila seseorang dengan kesadaran mengucapkan kalimat
tersebut ditambah dengan kalimat syahadat kepada Rasul- Nya, yaitu Muhammad Rasulullah, maka orang tersebut telah
memproklamasikan diri masuk Islam
resmi dan sah. Sejak dari pengucapan kesaksian itu, seluruh amal perbuatannya
dinilai oleh Allah
sebagai seorang muslim atau mukmin. Sejak itu pula mulai berlaku syariat Islam pada dirinya dan wajib
mempertahankan nilai-nilai Islam
yang diajarkan oleh Allah,
hingga detik-detik terakhir dalam hidupnya, tidak mau tunduk takluk dengan
peraturan atau hukum
selain hukum
Allah, apapun resiko yang harus diterima
untuk mempertahankan nilai-nilai yang terkandung dalam dua kalimat syahadat
tersebut.
Mempertahankan dua kalimat syahadat
dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,
sebagai awal perbuatan dan dalam hidup dan kehidupan sehari-sehari sampai akhir
hayatnya, itulah yang dikatakan seorang
syahid, yakni seorang saksi yang membenarkan bahwa didunia ini tidak ada Tuhan yang harus berlaku kecuali Allah
satu-satunNya. Seluruh aktifitas kehidupan, baik dalam diri maupun di luar dirinya, diusahakan sekuat tenaga
yang dimiliki berlaku sesuai dengan nilai-nilai ilahiyyah yang telah
disaksikannya dan telah diikrarkan dihadapan Allah SWT.
A.
Syahadat
Tauhid
Syahadat tauhid itu shadat yang berisi tentang
openyaksian terhadap Tuhan, syahadat ini memiliki beberapa pembagian didalam
pemaknaannya, dari kata La ilaha IllAllah mengandung beberapa
pengertian.
kalimat ini mencakup beberapa makna, yang
keselruhannya sangat erat hubungannya dengan hidup dan kehidupan manusia.
Diantara maknanya yakni (1) tidak ada pemilik selain allah, (2) tidak ada wali
selain allah, (3) tidak ada yang berhak diibadahi selain allah (4) tidak ada
pemberi rizki selain allah (5) tidak ada hakim selain allah(6) tidak ada hukum
selain allah (7) tidak ada penguasa selain allah (8) tidak ada cinta selain
allah (9) tidak ada tujuan selain allah. [6]
1. Tidak ada pemilik selain allah ( La Malika IllAllah )
Alam raya dan semua isinya diciptakan oleh allah
dan semua keperluan hidupnya dicukupi oleh allah, dengan sendirinya semua ini
adalah milik Allah. Allah pemilik pemilik semesta raya dengan segala isinya
yang ada di dalamnya, yang terdiri dari benda hidup dan mati. Dan semua itu
termasuk didalamnya yakni manusia, jin, bahkan para malaikatNya, seluruhnya
tanpa kecuali adalah milik allah. Mereka mengakui atau tidak mengakui sebagai
milik allah, allah tetap memilikinya secara mutlak.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat at-toha ayat 5:
Bagi allah semua yang
di langit dan apa saja yang dibumi, serta apa saja yang ada diantara langit dan
di bumi.
2. Tidak ada walli selain Allah ( La Walli
IllaAllah )
Wali dalam al-Qur’an memiliki banyak arti dan
maksudnya, antara lain pemimpin, pelindung, atau teman hidup. Karenanya,
kalimat la wali illaAllah adalah tidak ada pemimpin yang harus ditaati
kecuali allah. Tidak ada pelindung yang dapat melindungi kecuali allah. Tidak
ada teman hidup yang sebenarnya kecuali Allah.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat
al-baqarah ayat 257 yang artinya :
“Allah
adalah wali dari orang-orang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan
menuju kepada cahaya. Dan orang-orang kafir, wali mereka adalah thaghut yang
mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka itu penghuni neraka,
dan mereka kekal di dalamnya.
3. Tidak ada yang berhak diibadahi selain
Allah ( La ma’buda bi Haqqin IllaAllah )
Semua kandungan makna yang ada
di dalam kandungan kalimat La Ilaha IllaAllah tersebut, apabila
diringkas tersimpul dalam suatu pengertian La Ma’buda bi Haqqin IllaAllah. Tidak
ada pengabdian dan penghambaan kecuali hanya kepada Allah. Hakikat diciptakan
manusia adalah semata-mata untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT. Seluruh
kehidupan manusia adalah dalam rangka menghambakan diri kepadaNya. Tidak ada
hidup dan kehidupan ini kecuali hanya pengabdian diri kepada Allah. Oleh karena
itu, barang siapa dihidupkan oleh Allah di dunia ini tanpa mengabdikan diri
kepadaNya, berarti tidak ada hidup baginya. Tidak ada hidup berarti kematian.
Dia mati sebelum mati. Tetapi apabila hidupnya adalah untuk mengabdi kepada
Allah, maka seluruh aktifitasnya di dunia ini hidup sepanjang masa tanpa ada
batas kematian. Walaupun jasadnya masuk ke liang kubur dan telah menjadi tanah,
namun ia pada hakikatnya hidup terus selama-lamanya.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 169-172 yang
artinya :
“dan
janganlah engkau menyangka bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu
mati, tidak! Bahkan mereka itu hidup di sisi Rabb mereka, dan diberi rizqi.
Mereka berbahagia dengan apa-apa yang telah Allah beri dari karuniaNya dan
mereka juga bergembira dengan-dengan orang-orang yang di belakang mereka yang
belum pernah bertemu, mereka tidak ada rasa takut dan juga tidak berduka cita.
Mereka juga bersuka ria dengan ni’mat dri Allah dan karuniaNya karena Allah
tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang mukmin. Mereka biasa memperkenankan seruan
Allah dan RasulNya setelah mereka mendapatkan luka besar, bagi yang telah
berbuat di antara mereka dan bertakwa, adalah pahala yang besar.”
4. Tidak ada pemberi rizqi selain Allah ( La
Raziqa IllaAllah )
Sebagai pencipta tunggal alam semesta raya, Dia
mencukupi keperluan hidup kehidupan mereka. Dialah satu-satunya yang memberikan
rizqi kepada mereka. Yang mu’min, yang kafir ataupun yang ta’at, yang memohon
kepadaNya ataupun yang sombong,[7]
semua dicukupi menurut kadar yang Dia berhak dalam menetukan banyak atau
sedikitnya rezeki yang harus diberikan kepada hamba-hambaNya. Dia sendirilah
yang berhak menentukan itu, tidak ada aparat lain yang ikut campur tangan,
lebih-lebih mendekte.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat al-Isra’ ayat 30-31 yang artinya
:
“Sesungguhnya Rabbmu
melapangkan dan menyempitka rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Waspada dan Melihat hamba-hambaNya. Janganlah kamu
membunuh anak-anakmu, karena takut kelaparan, kamilah yang menanggung rezeki
kamu sekalian, sesungguhnya membunuh mereka itu adalah dosa yang besar.”
5. Tidak ada hakim selain Allah ( La Hakima
IllaAllah )
Hakim satu-satunya yang akan mengadili dan
menghukum manusia hanyalah Allah SWT. Tidak ada hakim selain Dia. Hakim Allah
inilah yang paling adil di antara hakim-hakim lainnya.
Sebagaiman dalam firman Allah Ta’ala dalam surat at-Tin ayat 8 yang artinya
:
“Bukanlah Allah itu
hakim yang paling adil di antara hakim-hakim lainnya?”
6. Tidak ada hukum selain Allah ( La Hukma
IllaAllah )
Hukum Allah Ta’ala yang telah berjalan sejak lama
sampai saat ini yakni ada tiga macam, yaitu :
a. Hukum Akal
Yakni suatu keputusan yang diambil berdasarkan
akal sehat terhadap suatu perkara. Hasil keputusan berdasarkan akal ini ada
tiga keputusan yaitu : wajib, jaiz, dan mustahil.
b. Hukum Adat
Yakni suatu keputusan atau ketentuan apapun
terhadap sesuatu berdasarkan kebiasaan-kebiasaan yang terjadi, atau berdasarkan
adat kebiasaan. Keputusan yang diambil berdasarkan adat ini juga ada tiga macam
yaitu : wajib, jaiz, dan mustahil.
c. Hukum Syara’
Yakni hukum yang berlaku atas dasar syara’ atau
syari’at Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan as-sunnah yanbg shahih, yang
tidak bertentangan dengan Al-Qur’an. Hukum syara’ menurut ahli fiqih ada lima
macam, yaitu : wajib, haram, sunnah, makruh, dan mubah.
Sebagaiman dalm firman Allah Ta’ala surat
al-Maidah ayat 44 yang artinya :
“Barang siapa yang tidak berhukum dengan
apa-apa yang diturunkan oleh Allah, maka mereka itulah orang-orang yang kafir.”
7. Tidak ada penguasa selain allah ( La Mulka
IllaAllah )
Allah pemilik alam semesta raya dan sekaligus yang
menguasainya, tidak ada penguasa selain dia, tidak sebutir atompun yang lepas
dari kekuasaanNya, semuanya dalam genggaman kodratNya. kekuasaanNya benar-benar
mutlak, absolut tidak ada satupun yang turut campur dalam kekuasaanNya.
Malaikat, manusia, jin, binatang-binatang dan apa saja yang melata di alam
semesta ini berada dalam kekuasaanNya, dalam arti, mereka tidak berdaya apa-apa
kecuali setelah diberikan kekuasaan dan kekuatanNya, menurut kadar tertentu.
Sebagaiman dalam firman Allah Ta’ala dalam surat ali Imran ayat 26-27 yang
artinya :
“Ya Allah yang memiliki sekalian
kekuasaan. Engkau berikan kekuasaan kepada siapapun yang Engkau kehendaki, dan
engkau ambil kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa
yang Engkau kehendaki, Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di
tanganMulah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa atas segala
sesuatu. Engkau masukkan malam kepada siang, Engkau masukkan siang kepada
malam, Engkau keluarkan yang hiduop dari yang mati, Engkau keluarkan yang mati
dari yang hidup, dan Engkau memberikan rizqi kepada siapa saja yang Engka
kehendaki tak terhinggakan.”
8. Tidak ada cinta selain Allah ( La Hubba
IllaAllah )
Hanya orang-orang berimanlah yang memahami arti La
Hubba IllaAllah, tidak ada cinta, kecuali benar-benar mencintai Allah.
Sebab, ia sadar dan mengerti bahwa hidup dan kehidupan serta cinta itu sendiri
adalah pemberian Allah dan ciptaanNya. Perasaan cinta yang amat indah itu
adalah pemberian dan karunia Allah yang amat besar kepada mahlukNya terutama
mahluk yang bernama manusia.
Karenanya layak dan seyogyanya perasaan cinta itu
dialamatkan kepada Allah saja, Sebagaimana dalam firmanNya dalam surat
al-Baqarah ayat 165 yang artinya
“Dan sebagian dari manusia ada yang
menjadikan tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintai tandingan itu
sebagaimana mencintai Allah. Tetapi orang-orang beriman lebih mencintai Allah.
Alangkah besar penyesalan mereka jika mereka yang dzalim itu melihat azab,
bahwasannya kekuatan itu semuanya milik
Allah dan sesungguhnya siksa Allah sangat pedih.”
9. Tidak ada tujuan selain Allah ( La Ghayata
IllaAllah )
Manusia diciptakan oleh Allah adalah memiliki
tujuan tertentu. Tujuan itu adalah mengabdikan siri sepenuhnya kepada Allah
dengan mengharap ridhaNya. Tujuan hidup tidak lain kecuali mencari ridha Allah
sebagai pencipta. Tujuan hidup ini dapat dicapai dengan jalan mengabdikan diri
kepadaNya selama hidup ini, tanpa ada satu saatpun yang terluang selain karena
mencari keridhaanNya.
Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala dalam surat adz-Dzariyat ayat 56 yang
artinya :
“Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepadaKu.”
B. Syahadat Rasul
Selanjutnya, jumhurul ulma’ juga berusaha semaksimal
mungkin mengubah seluruh struktur kehidupan yang belum berjalan di atas dua
jalan rel Allah yaitu kalimat syahadat. Usaha memperbaiki dan mengembalikan
struktur kehidupan, yang tidak sesuai dengan konsepsi la ilaha illallah Muhammadar Rasulullah agar kembali kepada kalimat
tersebut, dikatakan mengesakan Allah atau mentauhidkan Allah.
Macam-macam
pembagian syahadat Rasul, yakni di antaranya :
1. SYAHADAT ADAM
Rosul
yang pertama adalah Adam.
Bunyi syahadatnya adalah
ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU
ANNA ADAM KHALIFATULLAH
Perintah tuhan: hai adam kamu
adalah utusanKu. Kamu jangan
mempunyai keinginan ma’rifat kepadaKu.
WALLAAHU BATIINUL INSAN. AL
INSAANU DHOHIRULLAH.
Artinya: ketahuilah wujud kamu. Kenallah
diri kamu. Wujud kamu adalah keadaan wujud Aku. Hai! Adam setelah kamu memahami dan mengerti wujud kamu adalah
wujud Aku. Sekarang kamu
harus sholat dua raka’at. Maka sholatlah adalah agar kamu menerima kebaikan.
2.
SYAHADAT NUH
Rasul yang kedua adalah nabi Nuh.Bunyi syahadatnya adalah
ASYHADU
ALLAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU
ANNA NUH HABIBBULLAH.
Perintah tuhan: Hai Nuh kamu adalah utusan kami. Kamu
jangan berkeinginan ma’rifat kepada kami.
Dalilnya SAMA’-SAMI’AN. Kenallah
pendengaran kamu. Pendengaran kamu adalah kenyataan pendengaran Kami. Tapi sekarang kamu Nuh harus
sholat di waktu dzuhur empat
raka’at dan kamu harus menerima di berikan dua kuping, dua mata. Begitulah
sebabnya sholat dzuhur empat
raka’at.
3. SYAHADAT IBRAHIM
Rasul yang ketiga adalah nabi Ismail.
Bunyi syahadatnya adalah
ASYHADU
ALLAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA IBRAHIM
KHALIFATTULLAH.
Perintah Tuhan: Hai Ibrahim. kamu adalah utusan Kami, kamu jangan
berkeinginan ma’rifat kepada Kami.
Dalilnya (Bashar dan Bashiron) ketauhilah penglihatan kamu adalah
kenyataan penglihatan Kami. Kamu harus sholat ashar empat raka’at dan kamu
harus menerima diberikan dua mata, dua tangan. Begitulah sholat ashar wajib
kepada umat-umatnya.
4. SYAHADAT ISA
Rasul yang keempat adalah nabi Isa.
Bunyi syahadatnya adalah
ASYHADU ALLAA ILAAHA
ILLALLAH WA ASYHADU ANNA ISA ROOKHULLAH
Perintah Tuhan: Hai Isa. ketauhilah bahwa nafsu kamu adalah kenyataan hidup
Aku. Dan kamu harus sholat tiga raka’at di waktu maghrib dan kamu harus
mengerti bahwa kamu telah diberikan dua lubang hidup dan nafasnya.
5. SYAHADAT MUSA
Rasul yang kelima adalah Nabi Musa.
Bunyi syahadatnya adalah
ASYHADU ALLA ILAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA
MUSA KALAMULLAH.
Perintah Tuhan: Hai Musa. kamu adalah utusan Kami. Kamu jangan berkeinginan
ma’rifat kepada Kami. Kenalilah ucapan kamu. Ucapan kamu adalah kenyataan
ucapanKu.
Dalilnya KALAM MUTAKALIMAN tapi kamu sekarang harus sholat empat
raka’at diwaktu Isya dan kamu harus menerima diberikan depan, belakang, kanan,
kiri. Begitulah sebabnya fardlu sholat
isya empat raka’at.
6. SYAHADAT MUHAMMAD
Rasul yang ke enam adalah Muhammad.
Dan syahadatnya sesuai dengan dua kalimat syahadat yang biasanya kita ucapkan
dalam waktu sholat 5 waktu atau untuk syarat masuk agama Islam. Bacaannya yakni
:
ASYHADU ALLA ILAHA ILALLAH WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADDAR RASULULLAH
Perintah Tuhan : Hai Muhammad kamu adalah utusan Kami. Sekarang kamu harus
tajalli. Kamu harus ma’rifat kepada Kami sebab kamu adalah yang paling dekat
dengan Kami.
Dalilnya : AL INSANNU SIRRI WA ANNA SIRRUHU. Artinya : Muhammad!
Rasa kamu adalah rasa Kami. Maka pangkat mu Rasullulah, rasa kamu-rasa kami.
Sekarang, kamu adalah kekasih kami. Ini kami memberi cara untuk mendekatkan
diri kepada kami. Turunlah kamu kepada anak cucu para wali Kami dan umat-umat
mu sampai akhir zaman. Begitulah perjanjian kepada Rasul.
c. Tauhid dan Pembagiannya
Tauhid adalah keesaan Allah, seorang muslim meyakini
bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan hakikat
Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat diterimanya amal
perbuatan di samping harus sesuai dengan tuntutan Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman:
"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah,
hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)" (QS Az
Zumar: 2-3).
Mengesakan Allah (tauhid) dan
menolak penyekutuan (syirik) terhadapNya merupakan doktrin terpenting yang
mendominasi pemahaman-pemahaman dan ajaran-ajaran samawi. Tauhid dan syirik
termasuk di antara masalah-masalah yang disepakati oleh seluruh kaum muslimin.
Allah
SWT adalah satu-satunya ma’bud (yang ditujukan ibadah kepadaNya). Tidak ada
ma’bud selainNya, dan sama sekali tidak dibolehkan adanya ibadah kepada sesuatu
apapun selainNya. Pengertian seperti itu semuanya, dilandaskan olehAl-Qu’ran As-sunnah, akal dan ijma’.
Pembagian Tauhid
Ruang
lingkup tauhid akan dibagi menjadi tiga, yakni :
·
Tauhid
Rububiyah
Yaitu mempercayai
keesaan Al-khaliq (Sang pencipta saja) tidak cukup meliputi tauhid yang dibawa
oleh para Nabi pada umumnya, untuk dimantapkan dan disebarluaskan dalam
masyarakat-masyarakat manusia.
Beriman bahwa
hanya Allah satu-satunya tuhan
yang memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara, memberi rezeki,
memberikan manfaat, menolak mudharat serta menjaga seluruh Alam Semesta.
Sebagaimana terdapat dalam Al-Quran surat az zumar ayat 62 yang artinya :"Allah
menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu". Hal
yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang
mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada
kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan mereka.
Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam
semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah
membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman Allah “Apakah
mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah
mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini
(apa yang mereka katakan).“ (Ath-Thur: 35-36).
Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini
tidaklah menjadikan seseorang beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang
musyrikin Quraisy yang diperangi Rosululloh mengakui dan meyakini jenis tauhid
ini. Sebagaimana
firman Allah, “Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan
Yang memiliki ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’
Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah: ‘Siapakah yang di
tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi
tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan
menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka dari jalan manakah kamu
ditipu?’” (Al-Mu’minun: 86-89).
·
Tauhid Uluhiyah
Yaitu dengan
menghususkan Allah saja dalam hal ibadah, dan tidak menyekutukanNya dengan beribadah kepada selainNya. Sebab orang-orang musyrikin
dari kalangan Arab, walaupun mengesakan Tuhan, Sang pencipta alam semesta, dan
mempercayai bahwa Allah hanyalah tunggal, tidak lebih dari satu, namun Al-Quran
tetap menganggap mereka itu musyrikin, seperti dalam firman allah:
“Dan sebagain besar dari mereka tidak beriman
kepada allah, melainkan bersamaan dengan itu mempersekutukan allah dengan
sembahan-sembahan lain.”
Beriman bahwa
hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagiNya. "Allah
menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga
menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang
Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana" (Al Imran: 18). Beriman terhadap uluhiyah Allah merupakan
konsekuensi dari keimanan terhadap rububiyahNya. Mengesakan Allah dalam segala
macam ibadah yang kita lakukan. Seperti shalat, do’a,
nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan berbagai macam
ibadah lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu
hanya kepada Allah semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para Rasul dan merupakan tauhid yang
diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. Hal ini sebagaimana yang difirmankan
Allah mengenai perkataan mereka itu “Mengapa
ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya
ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shaad: 5). Dalam ayat
ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah
hanya ditujukan untuk Allah semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka
dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya
walaupun mereka mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta alam semesta.
·
Asma wa Sifat
Tauhid Al
Asma Was Shifat adalah mengesakan Allah SWT, dengan menetapkan nama yang telah Allah SWT, tetapkan bagi diri-Nya atau yang
ditetapkan oleh Rasul-Nya SAW.
Menetapkan sifat yang telah Ia tetapkan untuk diri-Nya, atau yang telah
ditetapkan oleh Rasul-Nya, tanpa mentakyif (mereka-reka atau menanyakan
bagaimana), menyerupakan, memalingkan (baik lafadz maupun makna) dan tidak pula
menta’thil (menolak, meniadakan).
Tauhid Al
asma wash shifat merupakan penetapan bahwasanya Allah Maha Mengetahui dan Maha
Berkuasa atas segala sesuatu. Dialah Dzat Yang Maha Hidup, Yang Maha Mengurus
makhluk-makhlukNya, Yang Tidak Mengantuk dan Tidak Tidur. Bagi-Nya lah kehendak
yang berlaku serta hikmah yang jelas.
Dan Allah
ta’ala adalah Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat, Maha Berbelas Kasih
dan Maha Penyayang. Allah Yang ber-istiwa di atas arsy-Nya, Maha Sempurna
Kekuasaan-Nya. Dialah Yang Maha Menguasai, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera,
Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha
Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.
Dalam perkara ini Allah
berfirman dalam S. Syura ayat 11 yang artinya :
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan
Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Ayat yang Mengumpulkan
Ketiga Tauhid
Termasuk
ayat-ayat yang mengumpulkan pembagian tauhid yang tiga adalah firman Allah Ta’ala
dalam S. Maryam ayat 65 yang artinya :
“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan
apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah
dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kalian mengetahui ada seorang yang sama
dengan Dia (yang patut disembah)?”
Asy-Syaikh
Al-‘Allamah Abdurrohman bin Sa’di rahimahullah (berkata) ketika menerangkan
bentuk pendalilan dari ayat di atas: “Ayat ini mengandung prinsip yang agung
yaitu: tauhidur- rububiyah, dan Allah ta’ala adalah Rabb, Pencipta, Pemberi
rezeki, serta Pengatur segala sesuatu, dan tauhid al-uluhiyah wal ibadah. Allah
ta’ala adalah Sesembahan yang Berhak untuk Diibadahi. Dan sungguh Rububiyah
Allah mewajibkan adanya per-ibadahan serta pentauhidan-Nya. Oleh karena itu di
dalam ayat tersebut terdapat fa’
dalam firmannya:
fa’buduuh. Ini menunjukkan kepada suatu sebab, yang maksudnya: karena Allah adalah Rabb bagi segala sesuatu maka Allah pulalah Dzat yang pantas disembah. Maka sembahlah Allah.
fa’buduuh. Ini menunjukkan kepada suatu sebab, yang maksudnya: karena Allah adalah Rabb bagi segala sesuatu maka Allah pulalah Dzat yang pantas disembah. Maka sembahlah Allah.
Termasuk
kandungan ayat tersebut adalah: berteguh hati di dalam beribadah kepada Allah
ta’ala dan ini merupakan suatu upaya yang kokoh, serta selalu melatih dan
menjaga jiwa agar selalu ber-ibadah kepada Allah Ta’ala. Maka termasuk ke dalam hal ini
suatu jenis kesabaran yang paling tinggi. Yaitu sabar di dalam perkara-perkara
yang wajib dan mustahab, serta sabar dari perkara-perkara yang haram dan makruh, bahkan masuk
ke-dalamnya sabar dalam menghadapi berbagai cobaan. Karena sabar terhadap
berbagai cobaan tanpa adanya rasa murka, dan selalu ridho darinya kepada Allah
merupakan bentuk ibadah yang terbesar yang masuk ke dalam firman Allah:
فَاعْبُدْهُ
وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ
“berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya”
Ayat ini juga menunjukkan bahwa
Allah ta’ala memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang sempurna, sifat yang penuh
dengan keagungan, serta kekuasaan yang mulia. Dalam permasalahan ini tidak ada
bagi-Nya sesuatu yang serupa, sepadan, yang menyamai. Bahkan Allah ta’ala telah
menyendiri dengan kesempurnaan yang mutlak dari berbagai sudut dan sisi” .
Demikianlah
penjelasan tentang tauhid yang tiga, sebagian ulama menambahkan tauhid yang
keempat yaitu:
Tauhid Al Mutaba’ah (Tauhid
Pengikutan)
Maknanya kita
hanya mengikuti Rasulullah SAW dalam
ittiba’ (pengikutan), tidaklah kita mengikuti orang selain Rasulullah SAW dengan pengikutan yang jujur.
Sesuai dengan firman Allah Ta’ala
S. Hasyr ayat 7 yang artinya :
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka
terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. dan bertakwalah
kepada Allah.”
d.
Alam dan
Proses Penciptaannya
”Apakah kamu
lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya {27} Dia
meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28} dan Dia menjadikan malamnya
gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29} Dan bumi sesudah
itu dihamparkan-Nya {30} Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan
(menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31} Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan
teguh {32} (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu
{33}”
(Q.S.
An-Nazi’at: 27-33)
Pembentukan
alam semesta dalam enam masa, sebagaimana disebutkan Al-Qur’an atau kitab
lainnya, sering menimbulkan permasalahan. Sebab, enam masa tersebut ditafsirkan
berbeda-beda, mulai dari enam hari, enam periode, hingga enam tahapan. Oleh
karena itu, pembahasan berikut mencoba menjelaskan maksud enam masa tersebut
dari sudut pandang keilmuan, dengan mengacu pada beberapa ayat Al-Qur’an.
Dari sejumlah
ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi’at ayat 27-33 di
atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan
masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan
sebagai berikut:
- Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali
Pada Masa I,
alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big
bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah
gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit.
Awan debu (dukhan)
yang terbentuk dari ledakan, terdiri
dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan
berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan
mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian
atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa
pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2,
besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang
berubah.
Selanjutnya,
angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan
menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa
berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi. Bintang-bintang dan gas
terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen
(lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal
sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi
·
Masa II (ayat 28): pengembangan dan
penyempurnaan
Dalam ayat 28
di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan ”menyempurnakan”. Kata
”meninggikan bangunan” dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang,
sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi.
Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang, dimana kismis tersebut
dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang maka kismis tersebut
pun akan semakin menjauh.
Mengembangnya
alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big
bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam
semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat
diperkirakan berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar
tahun.
Sedangkan kata
”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk,
melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian
bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau
kemungkinan lainnya akan mengerut.
·
Masa III (ayat 29): pembentukan
tata surya termasuk Bumi
Surat
An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan
siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan
matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang
dan malam. Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang
relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti
pembentukan galaksi seperti di atas, hanya ukurannya lebih kecil.
Seperti halnya
matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari reaksi
nuklir dalam inti besinya. Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti
besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta
tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi
masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda
angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi,
unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan
itu sendiri.
- Masa IV
(ayat 30): awal mula daratan di Bumi
Penghamparan
yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan
superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.
Masa III hingga
Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya, “Katakanlah:
‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua
masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu
adalah Rabb semesta alam”.
·
Masa V (ayat 31): pengiriman air
ke Bumi melalui komet
Dari ayat 31 di
atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula
terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi
ada air.
Jadi, darimana
datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer
Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi
dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun
sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio
Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet.
Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen
pada umumnya.
Karena semua
kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama
berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.
- Masa VI
(ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia
Dalam ayat 32
di atas, disebutkan ”…gunung-gunung dipancangkan dengan teguh.” Artinya,
gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan
munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar
lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah. Proses detail terbentuknya
gunung dapat dilihat pada artikel sebelumnya yang ditulis oleh Dr.Eng. Ir.
Teuku Abdullah Sanny, M.Sc tentang fungsi gunung sebagai pasak bumi.
Kemudian,
setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia
sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih
sangat muda dalam skala waktu geologi.
Jika diurutkan
dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat dikorelasikan
dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, ”Dan dia
menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya
dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat
masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”.
Demikianlah
penafsiran enam masa penciptaan alam dalam Al-Qur’an, sejak kemunculan alam
semesta hingga terciptanya manusia. Wallahu a’lam bisshowab.
BAB III
KESIMPULAN
·
Akidah Islam yakni suatu keyakinan yang
di dalamnya berisi suatu hal-hal mengenai pandangan Islam secara kuat dan sulit
untuk dipatahkan.
·
Keimanan itu merupakan akidah dan pokok,
yang di atasnya berdiri syari’at Islam. Kemudian dari pokok itu keluarlah
cabang-cabangnya.
·
Perbuatan itu merupakan syari’at dan
cabang-cabang yang dianggap sebagai buah yang keluar dari keimanan serta akidah
itu. Adapun pokok dan cabang dari akidah di antaranya :
a. Zat
Allah dan Sifat-sifat
b. Makna
syahadat dan pembagiannya
c. Tauhid
dan pembagiannya
d. Alam
dan proses penciptanya
e. Al-Qur’an
dan kitab-kitabNya
f. Malaikat,
roh, dan jin
g. Eskatalogi
dan bentuk-bentuknya
·
Didalam
mempelajari sifat dua puluh yang wajib bagi Allah, kita menghadapi beberapa
istilah yang tertulis di sebagian kitab-kitab Tauhid, istilah-istilah ini
adalah kategori sifat-sifat dua puluh yang telah dijelaskan oleh para
ulama, dari dua puluh sifat Allah yang wajib, sesuai dengan tabel di atas
dapat digolongkan menjadi empat kategori, yakni (1) Sifat Nafsiyyah, ( 2 ) Sifat Salbiyyah ( 3 ) Sifat Ma`ani ( 4 )
Sifat Maknawiyyah.
·
Syahadat
mengandung arti penyaksian. Syahadat yang biasanya kita kenal yakni berbunyi : ASYHADU
ALLA ILAHA ILALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADDAR
RASULULLAH. Tetapi sebenarnya untuk A. syahadat sendiri itu ada
beberapa pembagian, yakni :
A.
Syahadat tauhid
1. Tidak ada pemilik selain allah ( La Malika
IllAllah )
2. Tidak ada walli selain Allah ( La Walli
IllaAllah )
3. Tidak ada yang berhak diibadahi selain
Allah ( La ma’buda bi Haqqin IllaAllah
)
4. Tidak ada pemberi rizqi selain Allah ( La
Raziqa IllaAllah )
5. Tidak ada hakim selain Allah (La Hakima
IllaAllah)
6. Tidak ada hukum selain Allah (La Hukma IllaAllah)
7. Tidak ada penguasa selain allah ( La Mulka
IllaAllah )
8. Tidak ada cinta selain Allah ( La Hubba
IllaAllah )
9. Tidak ada tujuan selain Allah (La Ghayata
IllaAllah)
B. Syahadat Rasul
1. Syahadat Adam
2. Syahadat Nuh
3. Syahadat Ibrahim
4. Syahadat Isa
5. Syahadat Musa
6. Syahadat Muhammad
·
Tauhid adalah dasar Islam yang paling
agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat
diterimanya amal perbuatan di samping harus sesuai dengan tuntutan Rasulullah
SAW.
·
Ruang lingkup tauhid akan dibagi menjadi
tiga, yakni :
a. Tauhid
Rububiyah
b. Tauhid
Uluhiyah
c. Asma
wa sifat
·
Di dalam proses penciptaan alam ini,
beberapa cendekiawan membagi ke dalam enam fase, di antaranya :
a. Masa I penciptaan langit pertama kali
b.
Masa II
pengembangan dan penyempurnaan
c. Masa III pembentukan tata surya
termasuk Bumi
d.
Masa IV awal
mula daratan di Bumi
e.
Masa V pengiriman air ke Bumi melalui komet
f.
Masa VI
proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia
DAFTAR
PUSTAKA
Prof.Dr.T.M.Hasbi
Ash-Shiddieqy.1990.Sejarah dan pengantar
ilmu tauhid / kalam.Jakarta:Bulan
Bintang
Abdur Rahman
Madjrie.1989.Meluruskan Tauhid (kembali
ke akidah salaf).Bandung: Prima Press Bandung
Syekh Muhammad
Abduh.1989.Risalah Tauhid.Jakarta:Bulan
Bintang
Syaikh Ja’far Subhani.1992.Tauhid dan Syirik.Bandung:Mizan
Sayid Sabiq.1999.Aqidah Islam.Bandung:Diponegoro Bandung
Fakhry Majid. 1986. Sejarah Filsafat Islam, Terj. Jakarta:
Pustaka Jaya
Hanafi, Ahmad, Teologi Islam (Ilmu Kalam), 1974. Jakarta: Bulan
Bintang
Nasution, harun, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa
Perbandingan, 1986. Jakarta: ui-press
[1]
Sayid Sabiq,Aqidah Islam,
(Bandung:IKAPI.1993) hlm. 15
[2]
Salbiah yaitu yang menarik atau meniadakan dari Allah Ta’ala akan
sifat-sifat yang tidak sesuai, tidak layak dan tidak cocok dengan kesempurnaan
DzatNya.
[5]
Arti berkehendak di sini bukannya kecondongan atau keinginan, tetapi
mempunyai arti tersendiri dan khusus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar