Sabtu, 17 Maret 2012

SYI’AH


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam sejarah masyarakat islam dari abad-abad permulaan ampai sekarang terdapat firqah-firqah dalam I’tiqad yang pahamnya berbeda-beda atau bertentangan secara tajam antara satu dengan yang lain hal ini telah menjadi fakta yang tak dapat dibantah lagi karena hal yang serupa itu sudah terjadi . mungkin tuhan menjadikan semuanya itu sesuai dengan hikmah-hikmah yang diketahui-Nya. Firqah-firqah dalam I’tiqad itu ialah diantaranya firqah syi’ah , khawarij, mu’tazilah, qodariyah, Jabariyah, najariyah, dan musyabbihah. Di samping itu juga terdapat firqah ahlusunnah wal jamaah (sunny) yaitu firqah jumur umat islam yang banyak di dunia ini.
Dalam makalah ini, kami ingin mencoba menerangkan tentang aliran syi’ah,mu’tazilah, beserta pemikiran-pemikirannya. Serta pemikiran ulama ahlusunnah salaf dan kalaf. Dalam pembahasan ini kami ingin mencoba menerangkan perbedaan-perbedaan I’tiqad dari beberapa aliran tersebut, yang mana kerap terjadi paham yang berlawanan antara ahlusunnah wal jamaah. Dengan paham syi’ah dan mu’tazilah .
Rumusan Masalah :
Berdasarkan fakta dalam sejarah islam yang tercatat adanya firqah-firqah dilingkungan islam yang anatara satu sama lain bertentangan pahamnya dan sulit untuk di perdamaikan maka kami merumuskan pembahasan makalah ini pada pokok sebagai berikut:
1.      Mengenal sejarah terbentuknya  firqah-firqah syi’ah mu’tazilah serta  pemimpin –pemimpinnya, juga golongan –golongan yang timbul dalam firqah tersebut.
2.      Membandingkan I’tiqad kaum ahlusunnah wal jamaah dengan keyakinan syi’ah dan mu’tazilah.
3.      Menjelaskan perbedaan pemikiran ahlusunnah (ulama’ salaf dan khalaf)

Tujuan :
1.      Mempelajari berbagai aliran, diantaranya aliran Syi’ah dan Mu’tazilah serta beberapa pandangan aqidahnya yang menimbulkan banyak konflik dari berbagai pihak.
2.      Mengemukakan perdebatan tentang perbedaan I’tiqad dari aliran Syi’ah dan Mu’tazilah dengan pendapat Ahlussunnah untuk didiskusikan bersama.
3.       Mempelajari tentang Ulama’ Salaf dan Ulama’ Khalaf serta tokoh – tokohnya.









BAB II
PEMBAHASAN
A.    SYI’AH
Sejarah Paham Syi’ah
Pengertian syi’ah ialah Sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW.
Menurut Thabathba’i, Istilah syi’ah untuk pertama kalinya ditujukan pada para pengikut Ali atau (Syi’ah Ali), pemimpin pertama ahl al-bait pada masa nabi Muhammad SAW. Para pengikut Ali yang disebut Syi’ah itu diantaranya adalah.Abu Dzar Al- Ghiffari, Miqad bin al-Aswad, dan Ammar bin Yasir.[1]
Mengenai kemunculan Syi’ah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada masa akhir pemerintahan Utsman bin Affan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa akhir pemerintahan Ali bin Abi Tholib[2]
Adapun menurut Watt, syi’ah baru benar-benar muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang di kenal dengan perang siffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan mu’awiyah, pasukan Ali di ceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikap Ali – kelak di sebut syi’ah – dan kelompok lain menolak sikap ali, kelak disebut khawarij .[3]
Perbedaan dikalangan para ahli mengenai kalangan syi’ah merupakan sesuatu  yang wajar. Para ahli berpegang teguh pada fakta sejarah perpecahan dalam islam pada masa pemerintahan utsman bin affan dan memperoleh momentumnya yang paling kuat pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib tepatnya saat perang siffin. Kaum syi’ah berpendapat bahwa perpecahan itu sudah mulai ketika Nabi Muhammad SAW. Dan kekhalifan jatuh ketangan Abu Bakar. Segera setelah itu terbentuklah syi’ah.
Adapun kaum syi’ah juga beri’tiqad bahwa khalifah-khalifah pertama, kedua, dan ketiga yaitu Sayidina Abu Bakar, Umar dan Utsman adalah khalifah yang tidak sah. Mereka dianggapnya sebagai perampok-perampok yang berdosa karena mengambil pangkat khalifah tanpa hak dari Sayyidina Ali .[4]
Aliran-aliran Terbesar Kaum Syi’ah
1.      Aliran Washiliyah, yaitu aliran Washil bin ‘Atha
2.      Aliran Huzailiyah, yaitu aliran Huzuel al ‘Allaf
3.      Aliran Nazamiyah, yaitu aliran Sayyar bin Nazham
4.      Aliran Hithiyah,yaitu aliran aliran ahmad bin Haith
5.      Aliran Basyariyah, yaitu aliran Basyar bin Mu’tamar
6.      Aliran Ma’mariyah, yaitu aliran Ma’amar bin Ubeid as Salami
7.      Aliran Mizdaryah, yaitu aliran Abu Musa almizdar
8.      Aliran Tsamariyah, yaitu aliran Thamamah bin Ar-rasy
9.      Aliran Hisyamiyah, yaitu aliran Hisyam bin Umar al-Fathi
10.  Aliran Jahizhiyah, yaitu aliran Utsman al Jahizh
11.  Aliran Khayathiyah, yaitu aliran Abu Hasan al Khayath
12.  Aliran Jubaiyah, yaitu aliran Abu Ali al Jubai
13.  Dan masih banyak aliran-aliran lain yang banyak lagi.
Golongan-golongan
Untuk menggambarkan gerakan Syi’ah keseluruhannya, akan di terangkan bahwa Syi’ah itu telah berpecah samapai 22 golongan, diantaranya:
1.      Syi’ah Sabaiyah, yaitu Syi’ah pengikut Abdullah bin Saba’.
Golongan ini termasuk golongan Syi’ah yang keterlaluan,yang berlebihan, yang mempercayai bahwa Nabi Muhammad akan kembali ke dunia seperti Nabi Isa, bahwa saidinna Ali belum mati tetapi masih bersembunyi aqn akan lahir ke dunia kembali, bahwa jibril salah menurunkan wahyu yang seharusnya untuk Ali namun di berikan pada Nabi Muhammad, lalu bahwa petir dan kilat adalah suara saidina Ali yang sedang marah ,bahwa ruh Tuhan turun kepada Ali,dll.
2.      Syi’ah Kaisaniah yaitu syi’ah pengikut Mukhtar bin Ubai as Saqafi.
Golonga ini tidak mempercayai bila ruh Tuhan turun kepada saidina Ali, namun mereka yakin imam-imam orang Syi’ah adalah mashum.dan masih keturunan wahyu.
3.      Syi’ah Imamiyah, yaitu Syi’ah yang percaya kepada Imam-Imam yang di tunjuk langsung oleh NabiMuhammad, yaitu Saidina Ali sampai 12 orang keturunannya. Syi’ah macam ini berkuasa di Iran.
4.      Syi’ah Ismailiyah yaitu Syi’ah tang mempercayai bahwa hanya ada 7 orang Imam.yaitu pertama saidina Ali dan akhirnya Ismail bin Jafar as Saddikyang lenyap dan akan keluar pada akhir zaman. Si’ah ini banyak terdapat di Pakistan , murid Aga Khan.
5.      Syi’ah Zaidiyah yaitu Syi’ah pengikut Zaid bin Ali bin Husein bin ‘Ali bin Abi Thalib. Syi’ah Zidiyah ini berada di Yaman. Syi;ah Zaidiyah I ni adalah Syi’ah yang sederhana,bukan gullat. Mereka tidak mengkafirkan Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Ustman b in Affan Rda. Tetapi mereka berkeyakinan bahwa saidina Ali lah yang lebih mulia dari Abu Bakar. Syi’ah Zaidiyah ini beri’tiqad bahwa orang musli yang mengerjakan dosa besar dan ketika meninggal belum sempat bertaubat maka ia kafir dan kekal dalam Neraka.
6.      Ayi’h Qaramithah yaitu kaum Syi’ah yang suka menafsirkan Qur’an sesuka hatinya saja. Mereka mengatakan bahwa malaikat iala mubaligh mereka, syaitan-syaitan adaah musuh mereka, yang di namakan haji ialah ziarah kepada Imam, yang di namakan puasa adalah tidak membuka rahasia Imam, dan orang-orang yang sudah mengetahui Allah sedalam-dalamnya maka tidak perlu sembahyang, puasa, dan lain-lain ibadat lagi dan lain-lain fatwa yang keliru.

AQIDAH SYI’AH
      Ahlul bait (Ahl Al-bait) Adalah mereka yang paling dekat dengan seseorang, definisi Ahlul Bait Rasulullah adalah mereka yang menjadi keluarga rumah tangga Rasulullah SAW (istri-istri Rasul, orang-orang yang dihaamkan menerima sodaqoh dan zakat sepenunggal Rasul)
      Al-Bada’ Adalah keyakinan bahwa Allah mampu mengubah suatu keputusan yang telah ditetapkanNYA dengan keputusan baru. Misalnya keputusan Allah SWT menggantikan Ismail a.s. denagn domba, padahal sebelumnya Ia memerintahkan Navi Ibrahim a.s. untuk menyembelih anaknya Ismail.
      Asura  Adalah hari kesepuluh  dalam bulan Muharram yang diperingati Kaum Syi’ah untuk memperingati wafatnya Imam Husein bin Ali dan keluarganya ditangan pasukan yazid bin Muawiyah pada tahun 61 H di Karbala Irak.
      Imamah (kepemimpinan)  adalah keyakinan setelah Nabi Muhammad wafat harus mempunyai pemimpin-pemimpin Islam yang melanjutkan misi atau risalah Nabi Muhammad SAW
      Al-Ismah  Adalah keyakinan bahwa para Imam yang tidak mungkin berbuat dosa besar atau kecil, tidak mungkin keliru dan lupa lahir batin, baik sebelum menjadi Imam maupun ketika menjadi Imam
      Mahdawiyah Adalah keyakinan akan datangnya seorang juru selamat di akhir zaman yang akan menyelamatkan manusia di muka bumi ini, dia adalah Imam Mahdi
      Raj’ah Yaitu keyakinan dihidupkannya kembali orang yang paling shalih dan orang yang paling durhaka untuk membuktikan kebesaran dan kekuasaan Allah di muka bumi.
      Marja’iyyah atau wilayah Al-Faqih Adalah kekuasaan atau kepemimpinan para ahli fiqih
      Al-Taqiyah adalah Sikap berhati-hati untuk menjaga keselamatan jiwa dari bahaya yang dapat menimpa dirinya
      Tawassul  Adalah memohon sesuatu kepada Allah dengan menyebut seorang Nabi, imam atau wali, supaya do’anya cepat dikabulkan oleh Allah.
      Tawalli dan Tabarri Adalah sikap menjauhkan diri dari musuh-musuh ahlul bait, dan menganggap mereka sebagai musuh-musuh Allah
Aqidah yang lain:
Ø  Pangkat khalifah diwarisi oleh ahli waris nabi dengan jalan tunjukan dari nabi. Dan pengganti nabi setelah wafat yaitu Saidin Ali bin Abi Thalib. Barang siapa yang tidak dapat menerima paham ini adalah orang terkutuk karena tidak mau menuruti wasiat nabi.
Ø  Khalifah adalah pangkat tertinggi dalam islam dan bahkan salah satu rukun dari tiang agama orang-prang yang memilih khalifah dengan jalan syura (musyawarah)adalah orang-orang berdosa.
Ø  Khalifah adalah “mashum”, artinya tidak pernah membuat dosa dan tidak boleh di ganggu gugat dan ndi kritik , karena ia adalah pengganti nabi yang kedudukannya sama dengan nabi.
Ø  Khalifah masih mendapat wahyu dari tuhan walaupun tidak dengan perantara jibril dan wahyu yang dibawahnya itu wajib di taati.

ABDULLAH BIN SABA’ BIANG KELADI GERAKAN SYI’AH
v  Ia adalah Pendeta Yahudi dari Yaman Yang masuk Islam. Setelah masuk Islam lantas datang ke Madinah pada akhir tahun kekuasaan Utsman R.A. yaitu sekitar tahun 30 H.
v  Ia tidak begitu mendapat penghargaan dari kholifah Utsman dan orang-orang di Madinah sabagai yang diharapkannya, karena ia adalah pendeta besar dari Yahudi Yaman yang masuk islam.
v  Pada mulanya ia benci pada kholifah Utsman, karena ia tidak menyambutnya. Ia membangunkan gerakan anti Sayyidina Utsman dan berusaha meruntuhkannya dan menggantinya dengan Sayyidina Ali.
v  Usahanya ini mendapatkan pasaran di kota-kota besar umat islam ketika itu, seperti di Madinah, Mesir, Kufah, Basrah dll. Karena kebetulan orang-orang sudah banyak pula yang tidak sesuai dengan Sayyidina Utsman, karena beliau banyak mengangkat orang-orang dari suku beliau yaitu dari Bani Umayyah menjadi pengusaha daerah.
v  Ia sangat berlebih-lebihan mengagung agungkan Sayyidina Ali dan sangat berani membuat hadits-hadits palsu.
AJARAN ABDULLAH BIN SABA’
·         Al Wishayah (wasiat)
Nabi SAW. Berwasiat  supaya khalifah pengganti beliau adalah Sayidina Ali. Sayidina Ali kadang digelari mereka “Al Washiy” (orang yang berwasiat).
·         Ar-Raj’ah (kembali)
Ia mengajarkan bahwa Sayidina Ali belum mati tetapi bersembunyi, dan akan kembali pada akhir zaman
·         Ketuhanan Ali
Ia juga mengajarkan bahwa tubuh Ali bersemayam unsur ketuhanan yang telah bersatu padu dengan tubuh Ali. Karena itu beliau mengetahui segala yang ghaib, karena itu selalu menang melawan peperangan orang kafir. Suara petir adalah suara Ali, dan kilat adalah senyum Ali.

PERBEDAAN I’TIQAD ANTARA KAUM SYI’AH DAN AKHLUSUNNAH WAL JAMAAH
1.      Wasiat Nabi Muhammad  SAW Tentang Khalifah
2.      Persoalan Imam
3.      Arti Ahlil Bait
4.      Silsilah Imam kaum Syi’ah
5.      Pandangan sebahagian kaum Syi‘ah terhadap 3 khalifah
6.      Persoalan Imam Yang Lenyap
7.      Pengajian Abdullah Bin Saba’
8.      Arwah turun temurun
9.      Paham “Wahdatul wujud”
10.  Hadist-Hadits yang di terima
11.  Quran mushaf Ali
12.  I’tiqad At Taqiyah
13.  Hukum Agama hanya buat umum
14.  I’tiqad Ar Raj’ah
15.  Tidak menerima Ijma’
16.  Tidak Menerima Qiyas
17.  Nikah Mut’ah Halal
18.  Thalak tiga sekaligus jatuh satu
19.  Dan lain-lain

PARA MUTAKALIM SYI’AH
Mutakalim syi’ah yang sezaman dengan hisyam adalah Muhammad Ibnun Nu’man yang di beri gelar mukmin Att-Thaq (gembong orang beriman dikalangan itu) oleh syi’ah, dan setan Att-Thaq( si setan besar di kawasan itu) oleh ahlusunnah Ath-Thaq adalah nama tempat di Baghdad. Seorang pemimpin Imaniah,seperti juga Hisyam, yang menjadi propagandis mazhab mereka, dan menulis banyak buku tentang itu. Selain itu yunus bin Abdur Rahman al-Qimmi. Di hikayatkan bahwa ia pernah berdebat dengan Ibnu Ismail at-Tammar.setelah itu berturut-turut para penulis dari syi,ah. Berusaha membuktikan mazhab mereka dan mempertahankannya. Diantara yang masyhur dari mereka juga adalah keluarga Naukhbath-juga keturunan Persia-yang dipelopori oleh Abu Sahal  an-Naukhbathi. Dia sezaman dengan orang-orang yang disebut terdahulu. Ibnu Nadhim berkata tentang dia,bahwa  dia adalah tokoh pembesar Syiah. Berbudi,berilmu, dan mutakallim. Dia mempunyai majelis yang dihadiri oleh seklompok mutaklimin. Di antara buku yang dikarangnya, kitab al-istifaa’fil imamah, kitab Ibthal al-Qiyas, dan lain.lain.[5]

B.     MU’TAZILAH
Asal mula
Perkataan “Mu’tazilah“ berasal dari kata “Pitizal”, artinya menyisihkan diri. Kaum mu’tazilah berarti kaum yang menyisihkan diri.
Ada beberapa pendapat yang menerangkan mengapa kaum ini dinamakan Mu’tazilah:
1.      Ada seorang guru besar di Baghdad, namanya Syeikh Hasan Bashri (meninggal tahun 110 H). di antara muridnya ada seorang yang bernama Wasil bin “Atha” (meninggal 131 H).  pada suatu hari Imam Hasan Bashri menerangkan  bahwa umat islam yang telah iman pada Allah dan Rasul-Nya , tetapi kebatulan ia mengerjakan dosa yang besar, maka orang itu tetap di namakan muslim tetpai muslim yang durhaka, dimana saat d akhirat nanti, kalau ia wafat sebelum bertaubat maka ia di masukkan ke dalam neraka untuk senetara dan menerima hukuman atas perbuatan dosanya, dan ketika ia sudah selesai menjalankan hukuman tersebut maka ia dikeluarkan dari dalam neraka dan di masukkan ke dalam syurga sebagai oranag Mu’min dan Muslim.
Namun saat itu Wasil bin ‘Atha’ tidak setuju dengan pendapat gurunya itu,lantas ia membentak , lalu ia keluar dari majelis gurunya dan kemudian mengadakan majelis lain di suatu pojok dari basrah itu.
Oleh Karen ini maka Wasil bin ‘Atha’ dinamai kaum Mu’tazilah, Karena ia mengasingka diri dari gurunya. Dalam mengasingkan diri ini ia diikuti oleh seorang kawannya,namanya Umar bin Ubeid (meninggal 145 H).
2.      Adapula orang mengatakan bahwa sebabnya maka mereka dinamai Mu’tzilah ialah Karena mengasingkan diri dari masyarakat. Orang-orang Mu’tazilah ini pada mulanya adalah orang-orang Syi’ah yang patah hati akibat menyerahnya Khalifah Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib kepada Khalifah Mu’awiyah dari Bani Umaiyah.
3.      Adapun penulis yang mengatakan bahwa kaum Mu’tazilah mengasingkan diri dari keduniaan. Mereka memakai pakaian yang jelek-jelek,kain yang kasar,tidak mewah, dan dalam hidupnya sampai kederajat kaum minta-minta (Darawisy).
Keterangan ini pun sangat lemah karena pada kenyataannya ialah kaum Mu’tazilah yang gagah-gagah,memakai oakaian yang mewah-mewah, pakai kendaran ya mewah,sesuai dengan kedudukan merka di samping khalifah-khalifah.
4.      Pengarang Buku “Fajarul Islam”Ahmad Amin, tidak begitu menerima. Semuanya itu, Persoalan kaum Mu’tazilah bukan sekedar menyisihkan diri dari masyarakat atau sekedar tidak suka memakai pakaian mewah, tapi lebih mendalam dari itu. Mereka menyisihkan pahamnya dan I’tiqad-I’tiqadnya dari paham dan I’tiqad umat islam yang banyak . Pendapat ini memang dekat pada kebenaran karena dari dulu sampai saat ini fatwa-fatwa kaum Mu’tazilah banyak yang ganjil-ganjil, banyak yang di luar dari paham Nabi dan sahabat-sahabat beliau. Jadi mereka itu benar-benar Mu’tazilah,(tergelincir) dalam arti kata yang sebenarnya.

I’TIQAD KAUM MU’TAZILAH YANG BERTENTANGAN DENGAN I’TIQAD AHLUSUNNAH WAL JAMAAH
1.      Buruk dan baik ketentuan oleh Aqal
Kaum Mu’tazilah berpendapat bahwa buruk dan baik ditentukan oleh aqal. Dan kepercayaan ini tidak dibenarkan oleh kaum ahlussunnah wal jamaah, karena yang menentukan baik dan buruk adalah Tuhan dan Rasul-Nya, atau Al-Quran dan Sunnah bukan aqal.
2.      Tuhan Allah tidak punya sifat
Kaum Mu’tazilah mengatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat. Tuhan mendengar dengan Dzat-Nya, Tuhan melihat dengan Dzat-Nya, dan Tuhan berkata dengan Dzat-Nya.
Paham ini  bertentangan dengan paham Ahlussunnah wal Jama’ah yang mengatakan  bahwa Tuhan mempunyai sifat, bukan satu bukan dua, tetapi banyak. Ada sifat yang mesti (wajib) ada pada Tuhan, ada yang mustahil (tidak mungkin) ada pada Tuhan,dan ada yang harus ada pada Tuhan.[6]
3.      Qur’an Makhluk
Kaum Mu’tazilah mengatakan bahwa Qur’an itu makhluk, bukan sifat Allah yang Qadim. Kepercayaan ini kelanjutan dari paham mereka bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat.
Kaum Ahlussunnah Wal Jamaah berpendapat, bahwa Quran Al Karim itu kalam. Allah dan sifat Allah yang Qadim, bukan makhluk yang baru.
4.      Pembuat Dosa Besar
5.      Tuhan tidak dapat dilihat
Kaum Mu’tazilah menfatwakan bahwa Tuhyan tidak bisa dilihat walaupun dalam surga, karena hal itu akan menimbulkan tempat seolah-olah Tuhan berada dalam surga atau tempat dimana Dia dapat dilihat. Dan jika ada yang ber-I’tiqad bahwa Tuhan bisa dilihat walaupun dalam surga maka ia adalah kafir, keluar dari Islam.
Paham ini berlawanan dengan paham Ahlussunnah Wal Jamaah, yang berpendapat bahwa Tuhan akan dilihat oleh penduduk surga, oleh hamba-Nya yang saleh yang banyak mengenal Tuhannya di dunia.
6.      Mi’raj Nabi Muhammad  SAW
Kaum Mu’tazilah tidak mengakui dan tidak meyakini bahwa Nabi SAW Mi’raj (naik) ke langit pada tanggal 27 Rajab, satu tahun sebelum pindah (hijrah ke Madinah). Bagi mereka Mi’raj itu tidak masuk akal, walaupun ada hadist sahih yang menerangkannya. Dan mereka hanya mengakui “Isra’” saja, yaitu berjalan malam dari Mekkah ke Masjidil Aqsa.
Wafta ini dilawan oleh kaum Ahlussunnah Wal Jamaah yang berpendapat bahwa Nabi Muhammad SAW. pada  malam itu Isra’ dari Mekkah ke Baitul Maqdis, dan sesudah itu naik dengan tubuh dan ruhnya ke langit, sampai ke langit ke 7, naik lagi sampai ke Mustawa, sampai ke Sidratul Muntaha, dimana Beliau menerima perintah sembayang 5 waktu sehari semalam dari Allah SWT.
7.      Manusia menjadikan pekerjaanya
Kaum Mu’tazilah meng-I’tiqadkan bahwa pekerjaan manusia diadakan oleh manusia sendiri bukan oleh Tuhan. Tetapi Al Jahis salah satu Imam Mu’tazilah berfatawa agak lain : yang dijadikan manusia adalah perbuatannya yang baik dijadikan oleh Tuhan juga. Jadi 50% berlawanan dengan I’tiqad Ahlusunnah Wal Jamaah yang menyatakan bahwa sekalian yang terjadi baik yang diperbuat manusia.   
8.      Arsy dan Kursi
9.      Malaikat Kiraman Katibin
Kaum Mu’tazilah tidak mengakui adanya Malaikat “Kiraman Katibin” yang bernama Raqib dan Atid yang bertugas menuliskan amalan manusia sehari-hari.
Mereka menagtakan bhwa ilmu Tuhan meliputi sesuatunya, dan karena itu Ia tidak membutuhkan tulis menulis yang akan menuliskan amalan manusia sehari-hari.
10.  Yang kekal
11.  Tidak ada timbangan, Hisab, Titian, Kolam dan Syafa’at
Sebagian kaum Mu’tazilah itu keterlaluan. Mereka mengatakan bahwa tidak ada timbangan, hisab, titian, kolam, dan syafa’at.
Namun kaum Ahlussunnah Wal Jamaah mempercayai bahwa nanti seluruh amal manusia akan ditimbang, mana yang berat pahala, atau dosa.
12.  Azab Kubur
Kaum Mu’tazilah berpendapat bahwa azab kubur tidak ada, karena bertentangan dengan akal, kata mereka. Namaun kaum ahlussunnah wal jamaah, yang di imami oleh Imam Abu Hasan Al Asy’ari yang berpegang teguh pada sunah-sunah nabi, meyskini bahwa azab kubur itu ada, karena dalam hadist-hadist Nabi Muhammad Saw.yang banyak di jumpai keterangan-keterangan tentang azab kubur itu.
13.  Soal Shilah Wal Ashlah
Imam kaum Mu’tazilah Abu ‘Ali Al Jubai menfatwakan bahwa yang di buat Tuhan hanya yang baik atau lebih baik; yang buruk sama sekali tidak dijadikan Tuhan.
Kaum Ahlussunnah mengi’tiqadkan bahwa, sekalian yang terjadi pada alam raya ini semuanya ditakdirkan dan diciptakan  oleh Tuhan, baik yang buruk atu yang baik. Tidak ada, seorang pencipta selain Allah.
                                                     
5 AJARAN MU’TAZILAH
      Al-Tauhid
Dalam meng-Esa-kan atau Wahdaniyah Tuhan dari sifat-sifat-Nya maka Mu’tazilah mengambil pemikiran bahwa sesungguhnya Tuhan tidak mempunyai sifat seperti “Maha Mengetahui”, “Maha Mendengar”, “Maha Bijaksana”, dan lain sebagainya.
Al-Tauhid (ke-Maha Esaan Tuhan)di artikan bahwa Tuhan hanya betul-betul Maha Esa hanya kalau Tuhan merupakan suatu zat yang unik, tidak ada yang serupa dengan Dia. Satu-satunya sifat Tuhan yang betul-betul yang tidak ada pada makhluknya adalah Qadim, dalam arti tidak mempunyai permulaan. Oleh karena itu tidak ada yang lain selain dari Allah yang bisa bersifat Qadim. Hanya dzat Tuhan yang boleh Qadim.
      Al-Adl
Prinsip kedua,yaitu al-adl erat kaitannyadengan al-tauhid. Kalau dengan al-Tuhid kaum Mu’tazilahingin mensucikan diri Tuhan persamaan dengan makhluk, maka dengan al-Adl mereka ingin mensucikan perbuatan Tuhan dari persamaan perbuatan makhluk. Hanya Tuhanlah yang berbuat adil. Tuhan tidak bisa berbuat dzalim. Dengan kata lain, kalau al-Tauhid membahas keunikan Tuhan,al-Adl membahas keunikan perbuatan Tuhan.
      Al-Wa’ad wa Al-Wa’id
Seorang mukmin yang mati dengan segala ketaatan dan penuh taubat, ia berha mendapat pahala. Dan barang siapa yang mati tanpa bertaubat dari dosa besar yang pernah dibuatnya, ia akan kekal di neraka, tetapi siksanya lebih ringan daripada orang kafir. Oleh sebab itu ia menolak adanya syafaat (pengampunan) pada hari kiamat. Baik syafaat para nabi,para wali, mzupun rahmat Tuhan sendiri tidak dapat merubah apa yang telah diputuskan oleh ke-Adilan-Nya . Karena hal ini akan membahayakan kebajikan-Nya dan membiarkan makhluk-Nya sama sekali akan nasibnya yag terakhir.
      Al-Manzilah Bain Al-Manzilatain
Inilah ajaran yang mula-mula menyebabkan lahirnya madzhab Mu’tazilah ajaran ini terkenal dengan status orang beriman (Mukmin) yang melakukan dosa besar. Seperti tercatat dalam sejarah , khawarij menganggap orang tersebut sebagai kafir atau musyrik sedangkan Mu’rijah berpendapat bahwa orang tersebut tetap Mukmin  sepenuhnya diserahkan kepada Tuhan. Boleh jadi dosa tersebut diampuni Tua. Adapun pendapat Wasil bin Atha bahwa pelaku dosa besar berada diantara dua posisi (Al-manzilah bain al-manzilatain). Pokok ajaran ini adalah bahwa mukmin yang melakukan dosa besar dan belum bertaubat bukan lagi disebut mukmin atau kafir tetapi fasik.
      Al-Amr bi Al-Ma’ruf wa Al-Nahyi ‘an Al-Munkar
Ajaran yang kelima ini lebih menitikbertkian pada aspk moral prektis dan politis (daripada aspek theologis). Menurut ajaran tersebut perintah berbuat baik dan larangan berbuat jahat wajib dilakukan oleh orang yang beriman apabila memenuhi syarat-syarat.

C.    ULAMA SALAF
Pengertian Salaf:
Aliran salafiah ini ialah bagian dari ahlussunnah yang ke ahlusunnahannya sangat menonjol  daripada aliran khalaf. Aliran salafiah senantiasa mempertahankan konsepsi akidah islamiyah yang asli-tradisional dengan penuh konsekuen sesuai dengan doktrin akidah pada masa nabi dan masa sahabat serta tabiin.
Adapun istlah “salafiyah”  merupakan upay penisabatan kepada “salaf” diman penisbatan tersebut meupakan penisbatan yang terpuji kepada manhaj yang benar dan bukan bid’ah yang di munculkan oleh madzhab baru.[7]
Menurut Ibrahim Madzkur Ulama’ Salaf yaitu:
1.      mereka lebih mendahulukan riwayat (naql) dari pada dirayah (aql)
2.      dalam persoalan pokok-pokok agama (ushuluddin)dan persoalan-persoalan cabang agama (furu’ ad-din), mereka hanya bertolak dari penjelasan dari Al-Kitab dan As-Sunnah.
3.      mereka menikmati Allah tanpa perenungan lebih lanjut (tentang dzatNya) dan tidak pula mempunyai faham anthropomorphisme.
4.      . mereka memahami ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan makna lahirnya, dan tidak tidak berupaya untuk menakwilkannya [8]

TOKOH-TOKOH ULAMA’ SALAF
1.      IMAM AHMAD BIN HANBALI
Riwayat Singkat Hidup Ibnu Hanbali
Ia di lahirkan di Baghdad tahun 164 H/780 M, dan meninggal  241 H / 855 M. Ia sering di panggil Abu Abdillah karena salah seorang anaknua bernama Abu Abdillah. Namun, ia lebih dikenal dengan nama Imam Hanbali karena merupakan pendiri Mazhab Hambali.
Ibnu Hanbal di kenal sebagai seorang zahid. Hampir setiap hari ia berpuasa dan hanya tidur sebentar di malam hari.  Diantara murid-murid Ibnu Hanbal adalah Ibnu Taimiyah, Hasan bin Musa, AL Bukhori, Muslim, Abiu Dawud, Abu Zuhrah Ad-Damsyiqi, Abu Zuhrah Ar-Razi, Ibn Abi Ad-Dunia, Abu Bakar Al-Asram, Hnbal bin Ishaq Asy-Syaibani, Shaleh dan Abdullah. Kedua orang yang di sebut terakhir adalah putra Ibnu Hnbal.[9]
Pemikiran Teori Ibnu Hambal:
o   Tentang ayat-ayat Mutasyabihat
Dalam memahami ayat-ayat Al-Quran beliau lebih suka menerapkan pendekatan lafdzi (tekstual) daripada pendekatan ta’wil , terutaa yang berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan dan ayat-ayat Mutasyabihat. Hal itu terbukti ketika ia di tanay tentang penafsiran  ayat 5 surat Thoha.  Yang artinya :
“(Yaitu) Tuhan Ynag Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arsy”(Q.S. Thaha [20]:5)
Dalam hal ini, Ibnu Hanbal menjawab “ Istiwa diatas Arsy terserah pada Allah dan bagaimana saja Dia kehendaki dengan tiada batas dan tiada seorangpun yang sanngup mensifati-Nya”
Dan ketika ditanya tentang makna Hadist Nuzul ( Tuhan turun kelangit dunia), Ru’yah ( orang-orang beriman melihat Tuhan dim Akhirat, dan Hadist tentang telapak kaki Tuhan, Ibnu Hanbal menjawab.: “ kita mengimani dan membenarkannya, tanpa mencari penjelasan cara dan maknanya”.
Dari pernyataan diatas tanpak bahwa Ibnu Hanbal meyerahkan ( tafwidh)  makna-makna  dan Hadist Mutasyabihat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan menyucikan-Nya dari keserupaan dengan makhluk. Ia sama sekali tidak menakwilkan pengertian Lahirnya
o   T entang status Al-Qur’an
Salah satu persoalan Teologis yang di hadapi Ibnu Hanbal yang kemudian membuatnya dipenjara beberapa kali, adalah tentang status Al-Qur’an, apakah di ciptakan (makhluk) yang karenanya hadist ( baru) ataukah tidak diciptakan yang karenanya Qadim? Faham yang diakui oleh pemerintah yakni Dinasti Abbasiyah di bawah kepemimpinan Al-Makmun , Al-Mu’tashim, dan Al- Watsiq, adalah faham Mu’tazilah, Yakni Al-Quran tidak bersifat Qadim, tetapi baru dan diciptakan. Paham adanya Qadim disamping Tuhan, berarti menduakan Tuhan, sedangkan menduakan Tuhan adalah sirik yang tidak diampuni Tuhan.
Ibnu Hanbal tidak sependapat dengan sahabat seperti diatas. Oleh karena itu, ia kemudian di uji dalam kasus Mihnah oleh aparat pemerintah.
2.      IBNU TAIMIYAH
            Riwayat Singkat Ibnu Taimiyah
Nama lengkap beliau adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abi Al Halin bin Taimiyah. Dilahirkan di Harran pada hari senin tanggal 10 Rabiul awal tahun 661 H dan meninggal di penjara pada malam senin tanggal 20 Dzul qaidah tahu 729 H. kewafatannya telah menggetarkan dada seluruh penduduk Damaskus, Syam dan Mesir serta kaum muslimin pada umumnya.
Masa hidup Ibnu Taimiyah berbarengan dengan kondisi dunia Islam yang sedang mengalami disintegrasi, dislokasi sosial, dan dekadensi moral dan akhlak. Kelahirannya terjadi setelah 5 tahun Baghdad dihancurkan pasukan Mongol, Hulagu Khan. Oleh sebab itu upayanya mempersatukan umat Islam , mengalami banyak tantangan, bahkan ia harus wafat di dalam penjara.
PEMIKIRAN TEOLOGI IBNU TAIMIYAH:
a.       Sangat berpegang teguh pada nas (teks Al-quran dan Al-hadits).
b.      Tidak memberi ruang gerak yang bebas kepada Akal.
c.       Berpendapat bahwa AL-Quran  memngandung semua ilmu agama.
d.      Didalam islam yang diteladani hanya 3 generasi saja  (sahabat, tabi’ien dan tabi’I tabi’in)
e.       Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dam tetap mentanzihkan-Nya.

AKIDAH ISLAMIAH:
Akidah islamiah pada masa nabi,sahabat serta tabiin  sangat sedehana. Kaum muslimin saat menerima akidah dari nabi kepada sahabat dan dari sahabat ke pada para tabiin secara turun temurun  dengan penuh keyakinan  tanpa memerlukan argumen logika dan filosofis.karena pada saat itu mereka belum mengenal apa yang di sebut ilmu logika(manthiq) maupun filsafat.
Kedua macam ilmu tersebut baru di kenal di dalam dunia islam sekitar abad ke tiga hijriah.bahkan dulu mereka juga belum mengnal ilmu tauhid maupun ilmu kalam.karena istilah-istilsh itu lahir belakangan pada saat teologi  islam mencapaia puncak perkembangannya yang di capai oleh kaum muktazilah (rasionalisme). Jadi, istilah ilmu tauhid dan ilmu kalam yang tersohor  dewasa ini adalah istilah yang di ciptakan oleh kaum cendikiawan muslim tempo dulu yang di kenal dengan kaum muktazilah.
Ada 2  alasan menggapai ilmu tauhid disebut juga ilmu kalam ,
Pertama, Karna ilmu tauhid hubungangannya sangat erat dengan kepandaian berkalam (beragumentasi) untuk mengalah kan lawan bicara nya . masyarakat ilmiah yunani mengandalkan keahlian berbicara atau disebut dengan logika . kaum filosofis muslimin mengartikan logika dengan mantik yang artinya sama denga kalam yakni kepandaian berbicara dengan kaidah-kaidah tertentu .
Kedua, Karena dalam pembahasan ilmu tauhid, sifat kalam adalah salah satu sifat allah yang sangat menonjol permasalahannya . hal itu menyebabkan sifat kalam menjadi isu sentral yang sangat a lot di perdebatkan antara kaum mu’tazilah dan kaum ahlusunah wal jama’ah . kaum mu’tazilah bersih keras menasfirkan sifat kalam pada allah yang konsekuensi logis nya ialah al-qur’an bukan lah kalam allah ,melainkan makhluk . isu ini mencuat nama Ahmad Bin Hanbal sebagai pendekar, sunnah yang dengan gigih mempertahankan pendapatnya bahwa Al-Quran adalah Kalam Allah.
Perbandingan Akidah Aliran  Salafiah dan mutakalimin:
Akidah salafiah dan mutakalimin sangatlah bertentangan. Karena terdahulu pemahaman akidahnya semata-mata berdasarkan pada tekstual (harfiah), dan sama sekali tidak mau menerima segala sesuatu yang kontekstual.dan hal itu seolah-olah kaum salafiah kaku dan picik dalam memahami konsep islam , terutama dalam konteks akidahnya. Sebaliknya kaum muktazilah justru mengutamakan pemahaman kontekstual daripada tekstualnya. Jadi ,akal (rasio) mendapat kontribusi yang lebih besar dalam pemahaman akidah di kalangan para ahli kalam (mutakalimin).
Apakah kamu merasakn aman terhadap Allah yang (berkuasa di langit) bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu sehingga dengan tiba-tiba bumi itu terguncang?” (QS. A l Mulk: 16)
Jadi ayat itu mengatakan “{Allah di langit”.Kata langit disini tidak boleh di takwilkan kepada arti lain , misalnya  tempat yang tinggi. Nabi Muhammad saw.pernah membenarkan ucapan seorang perempuan (jariah) yang mengatakan Allah di langit karena memang alam pikirannya baru sampai taraf itu.
Nabi tidak memarahi dia dan juga tidak di perbaiki kesalahannya. Karena ucapannya itu tidak dianggap salah.
Sayyidina Ali ra. berkata:
“Bicaralah dengan manusia sesuai wawasanya , maukah kalian bahwa orang-orang membohongi Allah dan Rasul-Nya?”
Demikian pula ayat-ayat lainnya yang seolah-olah Allah bertempat,beranggota, seperti berwajah,bertangan, dan sebagainya. Semua itu harus di atikan menurut adanya,tanpa di takwilkan kepada arti lain, melainkan menerima begitu saja secara dogmatis,tidak boleh menanyakan bagaimana dan dimana.
Dia betangan seperti tangan-Nya, Dia berwajah seperti wajah-Nya, Dia bersemayam seperti yang layak bagi diri-Nya. Jadi,tidak ada persamaan dengan tanganya makhluk,wajahnya makhluk, dan dengan bersemayamnya makhluk, karena Dia berlainan dengan segala makhluk.
“Tidak ada yang sama dengan-Nya , dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS.Asy-Syura:11)
Diriwayatkan dari Al-Wahid bin Muslim bahwa ia berkata, “Aku pernah bertanya kepadabertanya Imam Malik bin Anas, Imam Sufyan Al Tsauri, dan Imam Al Laits bin Sa’ad tentang hadits-hadits yang berkenaan dengan sifat-sifat Allah swt. Mereka menjawab demikian. Kalian biarkan saja sifat-sifat Allah itu seperti adanya dengan tanpa bertanya bagaimana.”
Itu semua baru sekelumit di anatara sekian banyak cara pemahaman ahli slaf me ngenai akidah. Jadi seperti di katakana terdahulu bahwa metode pemahaman akidah aliran salafiah adlah metode sederhana saja, seperti metode Al-Qur’an dan Hadits.
Konsep akidah salaf menetapkan semua sifat Allah swt.,menurut Al-Quran dan hadist, inklusif (termasuk) asmaul husna  sesuai dengan apa yang di sifatkan oleh Allah sendiri dan rasuln-Nya.Tidak boleh ada takwil(pemalingan makna),tidak boleh ada ta’thil (menafikam sebagian atau semua sifat allah bukan hanya dua puluh yang wajib seperti yang di kenal dengan dua puluh, melainkan sifat-sifat Allah itu lebih dari iu lagi. Semua sifat kesempurnaan(paripurna) menjadi sifat Allah. Juga Allah bersifat dengan sifat Af’al (perbuatan), seperti menghidupkan , mematikan,member rezeki,marah, senang, bangga dan lain-lain sebagainya seperti tersebut dalam Al-Quran dan kitab-kitab hadits.[10]
Perbedaan yang menonjol dari aliran salaf dan khalaf
Ialah sama sekali tidak membenarkan takwil terhadap ayat-ayat mutasyabihat  kepada arti yang tidak seperti aslinya.dan itu di anggap keberanian yang tidak boleh di lakukan,bahkan pada masa nabi dan para sahabatnya terdahulu tidak melakukan hal demikian itu.
Aliran salafiah tetap memberikan warna  dan bentuk spesifik dalam akidah islamiah yang mngesankan  kaslian dan kemurniannya. Mereka tetap tegar di atas dasarnya yang asli tanpa terpengaruh oleh filsafat dan peradaban modern.[11]
Jalan yang di tempuh ulama salaf:
Ulama salaf menempuh jalan yang di bentangkan Al-Qur’anul Karim. Mereka beriman kepada segala apa yang di datangkan Al-Quran dan mereka memahamkan apa yang diharapkan kepadanya. Apabila mereka menghadapi ayat yang menimbulkan persangka tasybieh, mereka mengima ni dengan I’tiqad tanzih, mereka tidak berdaya upaya membahas ayat ayat itu dan menta’wilkan sesuai denag aketentuan-ketentuan akal.mereka menyerahkanya itu kepada Allah sendiri , karena yang demikian itu berada di luar kesanggupan akal. Lantaran yang demikian itu berpautan dengan Dzat Allah dan sifat-sifat-Nya , sedang Dzat Allah itu bukanlah materi dan tidak dapat diqiaskannya kepada materi.

D.    ULAMA KALAF
Aliran khalaf  ada dua macam:
Pertama, alliran yang amat berlebihan dalam mengkultuskan akal. Menurut pengikut aliran itu tanpa wahyu pun  manusia mampu mengenal Al-khaliq dan mampu pula membuat syariat dengan bantuan akal sendiri. Aliran itu di kenal dengan muktazilah (superasionalisme) sebagaimana yang di terangkan di depan.
Kedua, aliran yang meneptkan akal sebagai mitra wahyu.Akal dan wahyu saling mendukung kecuali dalam kasus tertentu. Dalam hal tertentu akal tak cukup mampu memahami wahyu karena keterbatasannya. Aliran itu di kenal dengan  Asya’irah (skolastisme) atau juga di sebut rasionalisme moderat.
Dalam ilmu ketauhidan, kaum Asya’irah dianggap sebagai golongan moderat antara salafiah dan muktazilah. Oleh karena moderatnya, maka mazhab itu banyak pengikutnya. Di perkirakan lebih dari 70% umat islam di seluruh dunia mengikuti mazhab tersebut.
Adapun penyebab  mayoritas umat islam menganut mazhab Imam Al Asy’ari ialah karena mazhab itu cukup mpuh untuk menjawab argumentasi kaum muktazilah (mutakalimin) dan kaum falasifah yang senantiasa mengunakan dalil-dalil logika (mantik). Perkembangan ilmu kalam  pada masa itu telah mencapai puncaknya , sementara peranan kaum muktazilah dalam memodifikasi ilmu akidah menjadi ilmu kalam adalah pionernya.[12]
Meskipun golongan Asya’irah di akuii oleh jumhur umat islam sebagai  golongan najiah (ahlus sunnah), namun sebagian kaum salafiyah keberatan menerimanya. Dan menurut mereka Asya’irah ialah tidak lain dari muktazilah gaya baru yang berjubahkan sunni. Oleh karena itu, Ibnu Tamiyah yang tokoh salafiah itu menyerang habis-habisan kaum Asya’irah.Kaum Asya’irah menurut ibnu Tamiyah termasuk golongan mu’ttahilah (menafikan sebagian sifat Allah).
Meskipun anggapan kaum salafiah seperti itu terhadap golongan Asya’ari,mereka tatap tasamuh (berlapang dada) untuk menanggapi salafiah sebagai mitra dan bukan sebagai rival. Kecuali salafiah versi Ibnu Tamiyah yang diangap keterlaluan dan kelakuan yang mengacu kepada aliran khawarij yang suka mengkafirkan orang berbuat dosa besar.
Tokoh salafiah , Imam Ahmad bin Hmbal ra. (241 H) telah melawan aliran muktazilah dengan gigihnya.dia telah mempertaruhkan jiwa raganya dalam melakukan pembelaannya terhadap akidah ahlusunnah waljama’ah.jika tidak di lawan maka orang-otrang akan menganggap bahwa Al-Quran bukan kalam Allah karena sifat Allah tidak bersifat dengan sifat kalam dan jugab dengan sifat-sifat lainya.

TOKOH – TOKOH ULAMA’ KHALAF
A.     AL- ASY’ARI
Riwayat singkat Al-Asy’ari
Nama lengkap Al-Asy’ari adalah Abu Al-Hasan Ali bin Isma’il bin Ishaq bin Salim bin Isma’il bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari. Menurut beberapa riwayat Al- Asy’ari lahir di Bashrah pada Tahun 260 H/875 M. ketika berusia lebih dari 40 tahun, ia hijrah ke kota Baghdad dan wafat disana pada Tahun 324 H/935 M.
Al-Asy’ari menganut faham Mu’tazilah hanaya samapai ia berusia 40 tahun. Setelah itu, secara tiba-tiba ia mengumumkan dihadapan jamaah masjid Basrah bahwa dirinya telah meninggalkan faham Mu’tazilah dan menunjukkan keburukan-keburukannya. Menurut Ibn Asakir yang melatarbelakangi  Al-Asy’Ari meninggalkan faham Mu’tazilah adalah pengakuan Al-Asy’ari telah bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW sebanyak tiga kali, yaitu pada malam ke-1-,ke-20 dan ke-30 bulan Ramadan. Dalam tiga mimpinya itu, Rasulullah memperingatkannya agar meninggalkan faham yang telah diriwayatkan dari beliau.
Doktrin-doktrin Teologi Al Asy’ari
a.       Tuhan dan sifat-sifat-Nya
b.      Kebebasan dalam berkehendak (free-will)
c.       Akal dan wahyu serta kriteria baik dan buruk
d.      qadim-nya Al-Quran
e.       Melihat Allah
f.       Keadilan
g.      Kedudukan orang berdosa



B.     AL-MATURIDI
Riwayat singkat Al-Maturidi
Abu Manshur Al-Maturidi dilahirkan di Maturid, sebuah kota kecil didaerah Samarkand, wilayah Trmsoxiana di Asia Tengah, daerah yang sekarang di sebut Uzbekistan. Tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti, hanya diperkirakan sekitar pertengahan abad ke-3 Hijriyah. Ia wafat pada tahun 333 H/944 M.
Karir pendidikan A-Maturidi lebih dikonsentrasikan  untuk menekuni bidang teologi daripada fiqih. Ini dilakukan untuk memperkuat pengetahuan dalam menghadapi faham-faham teologi yang berkembang pada masyarakat Islam, yang dipandangnya tidak sesuai dengan kaidah yang benar menurut akal dan syara. Pemikiran-pemikirannya banyal dituangkan dalam bentuk karya tulis.
Doktrin-doktrin Al-Maturidi
a.       Akal dan wahyu
b.      Perbuatan manusia
c.       Kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan
d.      Sifat Tuhan
e.       Melihat Tuhan
f.       Kalam Tuhan
g.      Perbuatan manusia
h.      Pengutusan rasul
i.        Pelaku dosa besar (murtakib al kabir)
Kemudian Imam Al-Asy’ari juga menyerang paham muktazilah dengan keras.meskipun ia dalam masalah Al-Quran berposisi netral. Ia mngatakan ,” Kalam Allah itu (Al-Quran) mempunyai dua dimensi,sama hal nya dengan kalam masia juga” . Seseorang disebut berkalam (berbicara ) haruslah di lihat dari dua sisi. Satu sisi ia bersuara dengan lisannya, an satu sisi lagi ia berbicara dalam hatinya.
Jadi , Kalam yang melalui lisan terdiri atas huruf dan suara.sedangkan kalam yang melalui hati tidak bersuara  dan tidak berhuruf.Demikian pula halnya dengan kalam Allah. Ada kalam huruf dengan bersuara seperti Al-Quran yang di bacakan itu , maka ia disebut makhluk , sebab ia berhuruf dan bersuara. Akan tetapi pengertian yang di kandung oleh Al-Quran itu secara azali yang tidak kedengaran suaranya dan tidak kelihatan hurufnya, maka itu;ah yang di sebut kalam Allh yang azali.[13]










BAB III
KESIMPULAN
            Dari beberapa aliran yang dipaparkan pada makalah ini, dapat diketahui bahwa banyak sekali terjadi perdebatan masalah I’tiqad dari masing – masing aliran tersebut, misalnya : pada golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan Allah tidak punya sifat. Kaum Mu’tazilah mengatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat, Tuhan mendengar dengan Dzat-Nya, Tuhan melihat dengan Dzat-Nya, dan Tuhan berkata dengan Dzat-Nya. Paham ini  bertentangan dengan paham Ahlussunnah wal Jama’ah yang mengatakan  bahwa Tuhan mempunyai sifat, bukan satu bukan dua, tetapi banyak. Ada sifat yang mesti (wajib) ada pada Tuhan, ada yang mustahil (tidak mungkin) ada pada Tuhan,dan ada yang harus ada pada Tuhan. Atau ajaran mereka tentang Al-Manzilah Bain Al-Manzilatain. Adapun pendapat Wasil bin Atha bahwa pelaku dosa besar berada diantara dua posisi (Al-manzilah bain al-manzilatain). Pokok ajaran ini adalah bahwa mukmin yang melakukan dosa besar dan belum bertaubat bukan lagi disebut mukmin atau kafir tetapi fasik, dan ajaran – ajaran yang lainnya.
Oleh karena itu untuk mengatasi kekurangfahaman tentang perselisihan beberapa pokok ajaran dari aliran – aliran tersebut, perlu adanya pemahaman lebih berkaitan tentag hal itu.
Tentang Salaf dan Khalaf:
·         Aliran salafiah senantiasa mempertahankan konsepsi akidah islamiyah yang asli-tradisional dengan penuh konsekuen sesuai dengan doktrin akidah pada masa nabi dan masa sahabat serta tabiin
·         Aliran khalaf  ada dua macam:
Pertama, alliran yang amat berlebihan dalam mengkultuskan akal.
Kedua, aliran yang menempatkan akal sebagai mitra wahyu.
DAFTAR PUSTAKA

 Syihab,Z. A. 1998.  Akidah Ahlus Sunnah . Jakarta: BUMI AKSARA.
Al-Hilaly,salim bin I’d. 2001.  Manhaj Salaf.  Jakarta-Selatan: PUSTAKA AZZAM.
Rochimah,dkk. 2011.  Ilmu Kalam . Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
As-shan’ani,muhammada bin ismail al amir. 2004. Perbedaan Ulama salaf & khalaf           tentang  neraka.  Jakarta selatan: Pustaka azzam.
Abbas, Siradjuddin. 2010. I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Jakarta Selatan: Pustaka Tarbiyah Baru.
Rozak, abdul dan Rosihon Anwar. 2011.  Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Setia


[1] M.H. Thabathba’I, Islam Syi’ah, Asal Usul dan Perkembangan,  terj.Djohan Effendi, PT.Grafiti Press,Jakarta, 1989, hlm.37 dan 71
[2] Muhammad Abu Zahrah,  Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam. hlm 34
[3]  W. Mongomerry Watt,  Pemikiran Teologi Filsafat Islam . hlm.10
[4] K.H.SiradjuddinAbbas, I’tiqad Ahlusunnah Wal Jamaah.93
[5] DR.M.DHIAUDDIN,Teori Politik Islam.hlm:24  
[6]  Abbas Siradjuddin. I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Hlm 207
[7]  Slim Bin I’d Al Hilaly, Manhaj Salaf,   hlm 53
[8] Prof. Dr. Abdul Rozak dan Prof. Dr. Rosihan Anwar. Ilmu Kalam. Hlm 110
[9]  Ibid hlm. 112
[10]  Z. A. Syihab, AKIDAH AHLUS SUNNAH, 29
[11] Z. A. Syihab, AKIDAH AHLUS SUNNAH, 31
[12] Z. A. Syihab. Akidah Ahlus Sunnah, 37
[13]  Z. A. Syihab. Akidah Ahlus Sunnah, 39-40