BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam
sejarah masyarakat islam dari abad-abad permulaan ampai sekarang terdapat
firqah-firqah dalam I’tiqad yang pahamnya berbeda-beda atau bertentangan secara
tajam antara satu dengan yang lain hal ini telah menjadi fakta yang tak dapat
dibantah lagi karena hal yang serupa itu sudah terjadi . mungkin tuhan
menjadikan semuanya itu sesuai dengan hikmah-hikmah yang diketahui-Nya.
Firqah-firqah dalam I’tiqad itu ialah diantaranya firqah syi’ah , khawarij,
mu’tazilah, qodariyah, Jabariyah, najariyah, dan musyabbihah. Di samping itu
juga terdapat firqah ahlusunnah wal jamaah (sunny) yaitu firqah jumur umat
islam yang banyak di dunia ini.
Dalam
makalah ini, kami ingin mencoba menerangkan tentang aliran syi’ah,mu’tazilah,
beserta pemikiran-pemikirannya. Serta pemikiran ulama ahlusunnah salaf dan
kalaf. Dalam pembahasan ini kami ingin mencoba menerangkan perbedaan-perbedaan
I’tiqad dari beberapa aliran tersebut, yang mana kerap terjadi paham yang
berlawanan antara ahlusunnah wal jamaah. Dengan paham syi’ah dan mu’tazilah .
Rumusan Masalah :
Berdasarkan
fakta dalam sejarah islam yang tercatat adanya firqah-firqah dilingkungan islam
yang anatara satu sama lain bertentangan pahamnya dan sulit untuk di
perdamaikan maka kami merumuskan pembahasan makalah ini pada pokok sebagai
berikut:
1.
Mengenal sejarah terbentuknya firqah-firqah syi’ah mu’tazilah serta pemimpin –pemimpinnya, juga golongan
–golongan yang timbul dalam firqah tersebut.
2.
Membandingkan I’tiqad kaum ahlusunnah
wal jamaah dengan keyakinan syi’ah dan mu’tazilah.
3.
Menjelaskan perbedaan pemikiran
ahlusunnah (ulama’ salaf dan khalaf)
Tujuan :
1.
Mempelajari berbagai aliran, diantaranya
aliran Syi’ah dan Mu’tazilah serta beberapa pandangan aqidahnya yang menimbulkan
banyak konflik dari berbagai pihak.
2.
Mengemukakan perdebatan tentang
perbedaan I’tiqad dari aliran Syi’ah dan Mu’tazilah dengan pendapat Ahlussunnah
untuk didiskusikan bersama.
3.
Mempelajari
tentang Ulama’ Salaf dan Ulama’ Khalaf serta tokoh – tokohnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SYI’AH
Sejarah Paham Syi’ah
Pengertian
syi’ah ialah Sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya
selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW.
Menurut
Thabathba’i, Istilah syi’ah untuk pertama kalinya ditujukan pada para pengikut
Ali atau (Syi’ah Ali), pemimpin
pertama ahl al-bait pada masa nabi
Muhammad SAW. Para pengikut Ali yang disebut Syi’ah itu diantaranya adalah.Abu
Dzar Al- Ghiffari, Miqad bin al-Aswad, dan Ammar bin Yasir.[1]
Mengenai
kemunculan Syi’ah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat di kalangan para
ahli. Menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada masa akhir pemerintahan
Utsman bin Affan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa akhir pemerintahan
Ali bin Abi Tholib[2]
Adapun
menurut Watt, syi’ah baru benar-benar muncul ketika berlangsung peperangan
antara Ali dan Mu’awiyah yang di kenal dengan perang siffin. Dalam peperangan
ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan mu’awiyah, pasukan Ali di ceritakan
terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikap Ali – kelak di sebut syi’ah
– dan kelompok lain menolak sikap ali, kelak disebut khawarij .[3]
Perbedaan
dikalangan para ahli mengenai kalangan syi’ah merupakan sesuatu yang wajar. Para ahli berpegang teguh pada
fakta sejarah perpecahan dalam islam pada masa pemerintahan utsman bin affan
dan memperoleh momentumnya yang paling kuat pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib
tepatnya saat perang siffin. Kaum syi’ah berpendapat bahwa perpecahan itu sudah
mulai ketika Nabi Muhammad SAW. Dan kekhalifan jatuh ketangan Abu Bakar. Segera
setelah itu terbentuklah syi’ah.
Adapun
kaum syi’ah juga beri’tiqad bahwa khalifah-khalifah pertama, kedua, dan ketiga
yaitu Sayidina Abu Bakar, Umar dan Utsman adalah khalifah yang tidak sah.
Mereka dianggapnya sebagai perampok-perampok yang berdosa karena mengambil
pangkat khalifah tanpa hak dari Sayyidina Ali .[4]
Aliran-aliran Terbesar Kaum Syi’ah
1. Aliran
Washiliyah, yaitu aliran Washil bin ‘Atha
2. Aliran
Huzailiyah, yaitu aliran Huzuel al ‘Allaf
3. Aliran
Nazamiyah, yaitu aliran Sayyar bin Nazham
4. Aliran
Hithiyah,yaitu aliran aliran ahmad bin Haith
5. Aliran
Basyariyah, yaitu aliran Basyar bin Mu’tamar
6. Aliran
Ma’mariyah, yaitu aliran Ma’amar bin Ubeid as Salami
7. Aliran
Mizdaryah, yaitu aliran Abu Musa almizdar
8. Aliran
Tsamariyah, yaitu aliran Thamamah bin Ar-rasy
9. Aliran
Hisyamiyah, yaitu aliran Hisyam bin Umar al-Fathi
10. Aliran
Jahizhiyah, yaitu aliran Utsman al Jahizh
11. Aliran
Khayathiyah, yaitu aliran Abu Hasan al Khayath
12. Aliran
Jubaiyah, yaitu aliran Abu Ali al Jubai
13. Dan
masih banyak aliran-aliran lain yang banyak lagi.
Golongan-golongan
Untuk
menggambarkan gerakan Syi’ah keseluruhannya, akan di terangkan bahwa Syi’ah itu
telah berpecah samapai 22 golongan, diantaranya:
1.
Syi’ah Sabaiyah, yaitu Syi’ah pengikut
Abdullah bin Saba’.
Golongan ini
termasuk golongan Syi’ah yang keterlaluan,yang berlebihan, yang mempercayai
bahwa Nabi Muhammad akan kembali ke dunia seperti Nabi Isa, bahwa saidinna Ali
belum mati tetapi masih bersembunyi aqn akan lahir ke dunia kembali, bahwa
jibril salah menurunkan wahyu yang seharusnya untuk Ali namun di berikan pada
Nabi Muhammad, lalu bahwa petir dan kilat adalah suara saidina Ali yang sedang
marah ,bahwa ruh Tuhan turun kepada Ali,dll.
2.
Syi’ah Kaisaniah yaitu syi’ah pengikut
Mukhtar bin Ubai as Saqafi.
Golonga ini
tidak mempercayai bila ruh Tuhan turun kepada saidina Ali, namun mereka yakin
imam-imam orang Syi’ah adalah mashum.dan masih keturunan wahyu.
3.
Syi’ah Imamiyah, yaitu Syi’ah yang
percaya kepada Imam-Imam yang di tunjuk langsung oleh NabiMuhammad, yaitu
Saidina Ali sampai 12 orang keturunannya. Syi’ah macam ini berkuasa di Iran.
4.
Syi’ah Ismailiyah yaitu Syi’ah tang
mempercayai bahwa hanya ada 7 orang Imam.yaitu pertama saidina Ali dan akhirnya
Ismail bin Jafar as Saddikyang lenyap dan akan keluar pada akhir zaman. Si’ah
ini banyak terdapat di Pakistan , murid Aga Khan.
5.
Syi’ah Zaidiyah yaitu Syi’ah pengikut
Zaid bin Ali bin Husein bin ‘Ali bin Abi Thalib. Syi’ah Zidiyah ini berada di
Yaman. Syi;ah Zaidiyah I ni adalah Syi’ah yang sederhana,bukan gullat. Mereka
tidak mengkafirkan Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Ustman b in Affan Rda.
Tetapi mereka berkeyakinan bahwa saidina Ali lah yang lebih mulia dari Abu
Bakar. Syi’ah Zaidiyah ini beri’tiqad bahwa orang musli yang mengerjakan dosa
besar dan ketika meninggal belum sempat bertaubat maka ia kafir dan kekal dalam
Neraka.
6.
Ayi’h Qaramithah yaitu kaum Syi’ah yang
suka menafsirkan Qur’an sesuka hatinya saja. Mereka mengatakan bahwa malaikat
iala mubaligh mereka, syaitan-syaitan adaah musuh mereka, yang di namakan haji
ialah ziarah kepada Imam, yang di namakan puasa adalah tidak membuka rahasia
Imam, dan orang-orang yang sudah mengetahui Allah sedalam-dalamnya maka tidak
perlu sembahyang, puasa, dan lain-lain ibadat lagi dan lain-lain fatwa yang
keliru.
AQIDAH SYI’AH
• Ahlul bait (Ahl Al-bait) Adalah mereka yang
paling dekat dengan seseorang, definisi Ahlul Bait Rasulullah adalah mereka
yang menjadi keluarga rumah tangga Rasulullah SAW (istri-istri Rasul,
orang-orang yang dihaamkan menerima sodaqoh dan zakat sepenunggal Rasul)
• Al-Bada’ Adalah
keyakinan bahwa Allah mampu mengubah suatu keputusan yang telah ditetapkanNYA
dengan keputusan baru. Misalnya keputusan Allah SWT menggantikan Ismail a.s.
denagn domba, padahal sebelumnya Ia memerintahkan Navi Ibrahim a.s. untuk
menyembelih anaknya Ismail.
• Asura Adalah hari
kesepuluh dalam bulan Muharram yang
diperingati Kaum Syi’ah untuk memperingati wafatnya Imam Husein bin Ali dan
keluarganya ditangan pasukan yazid bin Muawiyah pada tahun 61 H di Karbala
Irak.
• Imamah (kepemimpinan) adalah keyakinan
setelah Nabi Muhammad wafat harus mempunyai pemimpin-pemimpin Islam yang
melanjutkan misi atau risalah Nabi Muhammad SAW
• Al-Ismah Adalah keyakinan bahwa para Imam yang tidak
mungkin berbuat dosa besar atau kecil, tidak mungkin keliru dan lupa lahir
batin, baik sebelum menjadi Imam maupun ketika menjadi Imam
• Mahdawiyah Adalah
keyakinan akan datangnya seorang juru selamat di akhir zaman yang akan
menyelamatkan manusia di muka bumi ini, dia adalah Imam Mahdi
• Raj’ah Yaitu keyakinan
dihidupkannya kembali orang yang paling shalih dan orang yang paling durhaka
untuk membuktikan kebesaran dan kekuasaan Allah di muka bumi.
• Marja’iyyah atau wilayah Al-Faqih Adalah
kekuasaan
atau kepemimpinan para ahli fiqih
• Al-Taqiyah adalah
Sikap berhati-hati untuk menjaga keselamatan jiwa dari bahaya yang dapat
menimpa dirinya
• Tawassul Adalah memohon sesuatu
kepada Allah dengan menyebut seorang Nabi, imam atau wali, supaya do’anya cepat
dikabulkan oleh Allah.
• Tawalli dan
Tabarri Adalah sikap menjauhkan diri dari musuh-musuh ahlul bait, dan
menganggap mereka sebagai musuh-musuh Allah
Aqidah
yang lain:
Ø Pangkat
khalifah diwarisi oleh ahli waris nabi dengan jalan tunjukan dari nabi. Dan
pengganti nabi setelah wafat yaitu Saidin Ali bin Abi Thalib. Barang siapa yang
tidak dapat menerima paham ini adalah orang terkutuk karena tidak mau menuruti
wasiat nabi.
Ø Khalifah
adalah pangkat tertinggi dalam islam dan bahkan salah satu rukun dari tiang
agama orang-prang yang memilih khalifah dengan jalan syura (musyawarah)adalah orang-orang
berdosa.
Ø Khalifah
adalah “mashum”, artinya tidak pernah membuat dosa dan tidak boleh di ganggu
gugat dan ndi kritik , karena ia adalah pengganti nabi yang kedudukannya sama
dengan nabi.
Ø Khalifah
masih mendapat wahyu dari tuhan walaupun tidak dengan perantara jibril dan
wahyu yang dibawahnya itu wajib di taati.
ABDULLAH BIN SABA’ BIANG KELADI
GERAKAN SYI’AH
v Ia
adalah Pendeta Yahudi dari Yaman Yang masuk Islam. Setelah masuk Islam lantas
datang ke Madinah pada akhir tahun kekuasaan Utsman R.A. yaitu sekitar tahun 30
H.
v Ia
tidak begitu mendapat penghargaan dari kholifah Utsman dan orang-orang di
Madinah sabagai yang diharapkannya, karena ia adalah pendeta besar dari Yahudi
Yaman yang masuk islam.
v Pada
mulanya ia benci pada kholifah Utsman, karena ia tidak menyambutnya. Ia
membangunkan gerakan anti Sayyidina Utsman dan berusaha meruntuhkannya dan
menggantinya dengan Sayyidina Ali.
v Usahanya
ini mendapatkan pasaran di kota-kota besar umat islam ketika itu, seperti di
Madinah, Mesir, Kufah, Basrah dll. Karena kebetulan orang-orang sudah banyak
pula yang tidak sesuai dengan Sayyidina Utsman, karena beliau banyak mengangkat
orang-orang dari suku beliau yaitu dari Bani Umayyah menjadi pengusaha daerah.
v Ia
sangat berlebih-lebihan mengagung agungkan Sayyidina Ali dan sangat berani
membuat hadits-hadits palsu.
AJARAN ABDULLAH BIN SABA’
·
Al Wishayah (wasiat)
Nabi
SAW. Berwasiat supaya khalifah pengganti
beliau adalah Sayidina Ali. Sayidina Ali kadang digelari mereka “Al Washiy”
(orang yang berwasiat).
·
Ar-Raj’ah (kembali)
Ia
mengajarkan bahwa Sayidina Ali belum mati tetapi bersembunyi, dan akan kembali
pada akhir zaman
·
Ketuhanan Ali
Ia
juga mengajarkan bahwa tubuh Ali bersemayam unsur ketuhanan yang telah bersatu
padu dengan tubuh Ali. Karena itu beliau mengetahui segala yang ghaib, karena
itu selalu menang melawan peperangan orang kafir. Suara petir adalah suara Ali,
dan kilat adalah senyum Ali.
PERBEDAAN I’TIQAD ANTARA KAUM
SYI’AH DAN AKHLUSUNNAH WAL JAMAAH
1. Wasiat
Nabi Muhammad SAW Tentang Khalifah
2. Persoalan
Imam
3. Arti
Ahlil Bait
4. Silsilah
Imam kaum Syi’ah
5. Pandangan
sebahagian kaum Syi‘ah terhadap 3 khalifah
6. Persoalan
Imam Yang Lenyap
7. Pengajian
Abdullah Bin Saba’
8. Arwah
turun temurun
9. Paham
“Wahdatul wujud”
10. Hadist-Hadits
yang di terima
11. Quran
mushaf Ali
12. I’tiqad
At Taqiyah
13. Hukum
Agama hanya buat umum
14. I’tiqad
Ar Raj’ah
15. Tidak
menerima Ijma’
16. Tidak
Menerima Qiyas
17. Nikah
Mut’ah Halal
18. Thalak
tiga sekaligus jatuh satu
19. Dan
lain-lain
PARA MUTAKALIM SYI’AH
Mutakalim
syi’ah yang sezaman dengan hisyam adalah Muhammad Ibnun Nu’man yang di beri
gelar mukmin Att-Thaq (gembong orang beriman dikalangan itu) oleh syi’ah, dan
setan Att-Thaq( si setan besar di kawasan itu) oleh ahlusunnah Ath-Thaq adalah
nama tempat di Baghdad. Seorang pemimpin Imaniah,seperti juga Hisyam, yang
menjadi propagandis mazhab mereka, dan menulis banyak buku tentang itu. Selain
itu yunus bin Abdur Rahman al-Qimmi. Di hikayatkan bahwa ia pernah berdebat
dengan Ibnu Ismail at-Tammar.setelah itu berturut-turut para penulis dari
syi,ah. Berusaha membuktikan mazhab mereka dan mempertahankannya. Diantara yang
masyhur dari mereka juga adalah keluarga Naukhbath-juga keturunan Persia-yang
dipelopori oleh Abu Sahal an-Naukhbathi.
Dia sezaman dengan orang-orang yang disebut terdahulu. Ibnu Nadhim berkata
tentang dia,bahwa dia adalah tokoh
pembesar Syiah. Berbudi,berilmu, dan mutakallim. Dia mempunyai majelis yang dihadiri oleh seklompok mutaklimin. Di
antara buku yang dikarangnya, kitab al-istifaa’fil
imamah, kitab Ibthal al-Qiyas, dan
lain.lain.[5]
B.
MU’TAZILAH
Asal mula
Perkataan
“Mu’tazilah“ berasal dari kata “Pitizal”, artinya menyisihkan diri. Kaum mu’tazilah berarti kaum yang menyisihkan
diri.
Ada
beberapa pendapat yang menerangkan mengapa kaum ini dinamakan Mu’tazilah:
1. Ada
seorang guru besar di Baghdad, namanya Syeikh Hasan Bashri (meninggal tahun 110
H). di antara muridnya ada seorang yang bernama Wasil bin “Atha” (meninggal 131 H). pada suatu hari Imam Hasan Bashri
menerangkan bahwa umat islam yang telah
iman pada Allah dan Rasul-Nya , tetapi kebatulan ia mengerjakan dosa yang
besar, maka orang itu tetap di namakan muslim tetpai muslim yang durhaka,
dimana saat d akhirat nanti, kalau ia wafat sebelum bertaubat maka ia di
masukkan ke dalam neraka untuk senetara dan menerima hukuman atas perbuatan
dosanya, dan ketika ia sudah selesai menjalankan hukuman tersebut maka ia
dikeluarkan dari dalam neraka dan di masukkan ke dalam syurga sebagai oranag
Mu’min dan Muslim.
Namun
saat itu Wasil bin ‘Atha’ tidak setuju dengan pendapat gurunya itu,lantas ia
membentak , lalu ia keluar dari majelis gurunya dan kemudian mengadakan majelis
lain di suatu pojok dari basrah itu.
Oleh
Karen ini maka Wasil bin ‘Atha’ dinamai
kaum Mu’tazilah, Karena ia mengasingka diri dari gurunya. Dalam mengasingkan
diri ini ia diikuti oleh seorang kawannya,namanya Umar bin Ubeid (meninggal 145
H).
2.
Adapula orang mengatakan bahwa
sebabnya maka mereka dinamai Mu’tzilah ialah Karena mengasingkan diri dari masyarakat. Orang-orang Mu’tazilah ini pada
mulanya adalah orang-orang Syi’ah yang patah hati akibat menyerahnya Khalifah
Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib kepada Khalifah Mu’awiyah dari Bani Umaiyah.
3.
Adapun penulis yang mengatakan
bahwa kaum Mu’tazilah mengasingkan diri dari keduniaan. Mereka memakai pakaian
yang jelek-jelek,kain yang kasar,tidak mewah, dan dalam hidupnya sampai
kederajat kaum minta-minta (Darawisy).
Keterangan
ini pun sangat lemah karena pada kenyataannya ialah kaum Mu’tazilah yang
gagah-gagah,memakai oakaian yang mewah-mewah, pakai kendaran ya mewah,sesuai
dengan kedudukan merka di samping khalifah-khalifah.
4.
Pengarang Buku “Fajarul Islam”Ahmad
Amin, tidak begitu menerima. Semuanya itu, Persoalan kaum Mu’tazilah bukan
sekedar menyisihkan diri dari masyarakat atau sekedar tidak suka memakai
pakaian mewah, tapi lebih mendalam dari itu. Mereka menyisihkan pahamnya dan
I’tiqad-I’tiqadnya dari paham dan I’tiqad umat islam yang banyak . Pendapat ini
memang dekat pada kebenaran karena dari dulu sampai saat ini fatwa-fatwa kaum
Mu’tazilah banyak yang ganjil-ganjil, banyak yang di luar dari paham Nabi dan
sahabat-sahabat beliau. Jadi mereka itu benar-benar Mu’tazilah,(tergelincir)
dalam arti kata yang sebenarnya.
I’TIQAD KAUM MU’TAZILAH YANG
BERTENTANGAN DENGAN I’TIQAD AHLUSUNNAH WAL JAMAAH
1.
Buruk dan baik ketentuan oleh Aqal
Kaum Mu’tazilah
berpendapat bahwa buruk dan baik ditentukan oleh aqal. Dan kepercayaan ini
tidak dibenarkan oleh kaum ahlussunnah wal jamaah, karena yang menentukan baik
dan buruk adalah Tuhan dan Rasul-Nya, atau Al-Quran dan Sunnah bukan aqal.
2.
Tuhan Allah tidak punya sifat
Kaum Mu’tazilah
mengatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat. Tuhan mendengar dengan Dzat-Nya,
Tuhan melihat dengan Dzat-Nya, dan Tuhan berkata dengan Dzat-Nya.
Paham ini bertentangan dengan paham Ahlussunnah wal
Jama’ah yang mengatakan bahwa Tuhan
mempunyai sifat, bukan satu bukan dua, tetapi banyak. Ada sifat yang mesti
(wajib) ada pada Tuhan, ada yang mustahil (tidak mungkin) ada pada Tuhan,dan
ada yang harus ada pada Tuhan.[6]
3.
Qur’an Makhluk
Kaum Mu’tazilah
mengatakan bahwa Qur’an itu makhluk, bukan
sifat Allah yang Qadim. Kepercayaan ini kelanjutan dari paham mereka bahwa
Tuhan tidak mempunyai sifat.
Kaum Ahlussunnah
Wal Jamaah berpendapat, bahwa Quran Al Karim itu kalam. Allah dan sifat Allah
yang Qadim, bukan makhluk yang baru.
4.
Pembuat Dosa Besar
5.
Tuhan tidak dapat dilihat
Kaum Mu’tazilah menfatwakan bahwa
Tuhyan tidak bisa dilihat walaupun dalam surga, karena hal itu akan menimbulkan
tempat seolah-olah Tuhan berada dalam surga atau tempat dimana Dia dapat
dilihat. Dan jika ada yang ber-I’tiqad bahwa Tuhan bisa dilihat walaupun dalam surga
maka ia adalah kafir, keluar dari Islam.
Paham ini berlawanan dengan paham
Ahlussunnah Wal Jamaah, yang berpendapat bahwa Tuhan akan dilihat oleh penduduk
surga, oleh hamba-Nya yang saleh yang banyak mengenal Tuhannya di dunia.
6.
Mi’raj Nabi Muhammad SAW
Kaum Mu’tazilah
tidak mengakui dan tidak meyakini bahwa Nabi SAW Mi’raj (naik) ke langit pada
tanggal 27 Rajab, satu tahun sebelum pindah (hijrah ke Madinah). Bagi mereka
Mi’raj itu tidak masuk akal, walaupun ada hadist sahih yang menerangkannya. Dan
mereka hanya mengakui “Isra’” saja, yaitu berjalan malam dari Mekkah ke
Masjidil Aqsa.
Wafta ini
dilawan oleh kaum Ahlussunnah Wal Jamaah yang berpendapat bahwa Nabi Muhammad
SAW. pada malam itu Isra’ dari Mekkah ke
Baitul Maqdis, dan sesudah itu naik dengan tubuh dan ruhnya ke langit, sampai
ke langit ke 7, naik lagi sampai ke Mustawa, sampai ke Sidratul Muntaha, dimana
Beliau menerima perintah sembayang 5 waktu sehari semalam dari Allah SWT.
7.
Manusia menjadikan pekerjaanya
Kaum
Mu’tazilah meng-I’tiqadkan bahwa pekerjaan manusia diadakan oleh manusia
sendiri bukan oleh Tuhan. Tetapi Al Jahis salah satu Imam Mu’tazilah berfatawa
agak lain : yang dijadikan manusia adalah perbuatannya yang baik dijadikan oleh
Tuhan juga. Jadi 50% berlawanan dengan I’tiqad Ahlusunnah Wal Jamaah yang
menyatakan bahwa sekalian yang terjadi baik yang diperbuat manusia.
8.
Arsy dan Kursi
9.
Malaikat Kiraman Katibin
Kaum Mu’tazilah
tidak mengakui adanya Malaikat “Kiraman Katibin” yang bernama Raqib dan Atid
yang bertugas menuliskan amalan manusia sehari-hari.
Mereka
menagtakan bhwa ilmu Tuhan meliputi sesuatunya, dan karena itu Ia tidak
membutuhkan tulis menulis yang akan menuliskan amalan manusia sehari-hari.
10. Yang
kekal
11. Tidak
ada timbangan, Hisab, Titian, Kolam dan Syafa’at
Sebagian kaum Mu’tazilah itu
keterlaluan. Mereka mengatakan bahwa tidak ada timbangan, hisab, titian, kolam,
dan syafa’at.
Namun kaum Ahlussunnah Wal Jamaah
mempercayai bahwa nanti seluruh amal manusia akan ditimbang, mana yang berat
pahala, atau dosa.
12. Azab
Kubur
Kaum Mu’tazilah
berpendapat bahwa azab kubur tidak ada, karena bertentangan dengan akal, kata
mereka. Namaun kaum ahlussunnah wal jamaah, yang di imami oleh Imam Abu Hasan
Al Asy’ari yang berpegang teguh pada sunah-sunah nabi, meyskini bahwa azab
kubur itu ada, karena dalam hadist-hadist Nabi Muhammad Saw.yang banyak di
jumpai keterangan-keterangan tentang azab kubur itu.
13. Soal
Shilah Wal Ashlah
Imam kaum
Mu’tazilah Abu ‘Ali Al Jubai menfatwakan bahwa yang di buat Tuhan hanya yang
baik atau lebih baik; yang buruk sama sekali tidak dijadikan Tuhan.
Kaum Ahlussunnah
mengi’tiqadkan bahwa, sekalian yang terjadi pada alam raya ini semuanya
ditakdirkan dan diciptakan oleh Tuhan,
baik yang buruk atu yang baik. Tidak ada, seorang pencipta selain Allah.
5
AJARAN MU’TAZILAH
•
Al-Tauhid
Dalam
meng-Esa-kan atau Wahdaniyah Tuhan dari sifat-sifat-Nya maka Mu’tazilah
mengambil pemikiran bahwa sesungguhnya Tuhan tidak mempunyai sifat seperti
“Maha Mengetahui”, “Maha Mendengar”, “Maha Bijaksana”, dan lain sebagainya.
Al-Tauhid
(ke-Maha Esaan Tuhan)di artikan bahwa Tuhan hanya betul-betul Maha Esa hanya
kalau Tuhan merupakan suatu zat yang unik, tidak ada yang serupa dengan Dia.
Satu-satunya sifat Tuhan yang betul-betul yang tidak ada pada makhluknya adalah
Qadim, dalam arti tidak mempunyai permulaan. Oleh karena itu tidak ada yang
lain selain dari Allah yang bisa bersifat Qadim. Hanya dzat Tuhan yang boleh
Qadim.
• Al-Adl
Prinsip
kedua,yaitu al-adl erat kaitannyadengan al-tauhid. Kalau dengan al-Tuhid kaum
Mu’tazilahingin mensucikan diri Tuhan persamaan dengan makhluk, maka dengan
al-Adl mereka ingin mensucikan perbuatan Tuhan dari persamaan perbuatan
makhluk. Hanya Tuhanlah yang berbuat adil. Tuhan tidak bisa berbuat dzalim.
Dengan kata lain, kalau al-Tauhid membahas keunikan Tuhan,al-Adl membahas
keunikan perbuatan Tuhan.
• Al-Wa’ad
wa Al-Wa’id
Seorang
mukmin yang mati dengan segala ketaatan dan penuh taubat, ia berha mendapat
pahala. Dan barang siapa yang mati tanpa bertaubat dari dosa besar yang pernah
dibuatnya, ia akan kekal di neraka, tetapi siksanya lebih ringan daripada orang
kafir. Oleh sebab itu ia menolak adanya syafaat (pengampunan) pada hari kiamat.
Baik syafaat para nabi,para wali, mzupun rahmat Tuhan sendiri tidak dapat
merubah apa yang telah diputuskan oleh ke-Adilan-Nya . Karena hal ini akan
membahayakan kebajikan-Nya dan membiarkan makhluk-Nya sama sekali akan nasibnya
yag terakhir.
• Al-Manzilah
Bain Al-Manzilatain
Inilah
ajaran yang mula-mula menyebabkan lahirnya madzhab Mu’tazilah ajaran ini
terkenal dengan status orang beriman (Mukmin) yang melakukan dosa besar.
Seperti tercatat dalam sejarah , khawarij menganggap orang tersebut sebagai
kafir atau musyrik sedangkan Mu’rijah berpendapat bahwa orang tersebut tetap Mukmin
sepenuhnya diserahkan kepada Tuhan.
Boleh jadi dosa tersebut diampuni Tua. Adapun pendapat Wasil bin Atha bahwa
pelaku dosa besar berada diantara dua posisi (Al-manzilah bain
al-manzilatain). Pokok ajaran ini adalah bahwa mukmin yang melakukan dosa
besar dan belum bertaubat bukan lagi disebut mukmin atau kafir tetapi fasik.
• Al-Amr
bi Al-Ma’ruf wa Al-Nahyi ‘an Al-Munkar
Ajaran
yang kelima ini lebih menitikbertkian pada aspk moral prektis dan politis
(daripada aspek theologis). Menurut ajaran tersebut perintah berbuat baik dan
larangan berbuat jahat wajib dilakukan oleh orang yang beriman apabila memenuhi
syarat-syarat.
C.
ULAMA
SALAF
Pengertian Salaf:
Aliran
salafiah ini ialah bagian dari ahlussunnah yang ke ahlusunnahannya sangat
menonjol daripada aliran khalaf. Aliran
salafiah senantiasa mempertahankan konsepsi akidah islamiyah yang
asli-tradisional dengan penuh konsekuen sesuai dengan doktrin akidah pada masa
nabi dan masa sahabat serta tabiin.
Adapun
istlah “salafiyah” merupakan
upay penisabatan kepada “salaf” diman penisbatan tersebut meupakan penisbatan
yang terpuji kepada manhaj yang benar dan bukan bid’ah yang di munculkan oleh
madzhab baru.[7]
Menurut
Ibrahim Madzkur Ulama’ Salaf yaitu:
1. mereka
lebih mendahulukan riwayat (naql) dari pada dirayah (aql)
2. dalam
persoalan pokok-pokok agama (ushuluddin)dan persoalan-persoalan cabang agama
(furu’ ad-din), mereka hanya bertolak dari penjelasan dari Al-Kitab dan
As-Sunnah.
3. mereka
menikmati Allah tanpa perenungan lebih lanjut (tentang dzatNya) dan tidak pula
mempunyai faham anthropomorphisme.
4. .
mereka memahami ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan makna lahirnya, dan tidak
tidak berupaya untuk menakwilkannya [8]
TOKOH-TOKOH ULAMA’ SALAF
1. IMAM AHMAD BIN HANBALI
Riwayat Singkat Hidup Ibnu Hanbali
Ia
di lahirkan di Baghdad tahun 164 H/780 M, dan meninggal 241 H / 855 M. Ia sering di panggil Abu
Abdillah karena salah seorang anaknua bernama Abu Abdillah. Namun, ia lebih
dikenal dengan nama Imam Hanbali karena merupakan pendiri Mazhab Hambali.
Ibnu
Hanbal di kenal sebagai seorang zahid. Hampir setiap hari ia berpuasa dan hanya
tidur sebentar di malam hari. Diantara
murid-murid Ibnu Hanbal adalah Ibnu Taimiyah, Hasan bin Musa, AL Bukhori,
Muslim, Abiu Dawud, Abu Zuhrah Ad-Damsyiqi, Abu Zuhrah Ar-Razi, Ibn Abi
Ad-Dunia, Abu Bakar Al-Asram, Hnbal bin Ishaq Asy-Syaibani, Shaleh dan
Abdullah. Kedua orang yang di sebut terakhir adalah putra Ibnu Hnbal.[9]
Pemikiran
Teori Ibnu Hambal:
o
Tentang ayat-ayat Mutasyabihat
Dalam
memahami ayat-ayat Al-Quran beliau lebih suka menerapkan pendekatan lafdzi
(tekstual) daripada pendekatan ta’wil , terutaa yang berkaitan dengan
sifat-sifat Tuhan dan ayat-ayat Mutasyabihat. Hal itu terbukti ketika ia di
tanay tentang penafsiran ayat 5 surat
Thoha. Yang artinya :
“(Yaitu)
Tuhan Ynag Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arsy”(Q.S. Thaha [20]:5)
Dalam
hal ini, Ibnu Hanbal menjawab “ Istiwa diatas Arsy terserah pada Allah dan
bagaimana saja Dia kehendaki dengan tiada batas dan tiada seorangpun yang
sanngup mensifati-Nya”
Dan
ketika ditanya tentang makna Hadist Nuzul ( Tuhan turun kelangit dunia), Ru’yah
( orang-orang beriman melihat Tuhan dim Akhirat, dan Hadist tentang telapak
kaki Tuhan, Ibnu Hanbal menjawab.: “ kita mengimani dan membenarkannya, tanpa
mencari penjelasan cara dan maknanya”.
Dari
pernyataan diatas tanpak bahwa Ibnu Hanbal meyerahkan ( tafwidh) makna-makna dan Hadist Mutasyabihat kepada Allah dan
Rasul-Nya, dan menyucikan-Nya dari keserupaan dengan makhluk. Ia sama sekali
tidak menakwilkan pengertian Lahirnya
o
T entang status Al-Qur’an
Salah
satu persoalan Teologis yang di hadapi Ibnu Hanbal yang kemudian membuatnya
dipenjara beberapa kali, adalah tentang status Al-Qur’an, apakah di ciptakan
(makhluk) yang karenanya hadist ( baru) ataukah tidak diciptakan yang karenanya
Qadim? Faham yang diakui oleh pemerintah yakni Dinasti Abbasiyah di bawah
kepemimpinan Al-Makmun , Al-Mu’tashim, dan Al- Watsiq, adalah faham Mu’tazilah,
Yakni Al-Quran tidak bersifat Qadim, tetapi baru dan diciptakan. Paham
adanya Qadim disamping Tuhan, berarti menduakan Tuhan, sedangkan menduakan
Tuhan adalah sirik yang tidak diampuni Tuhan.
Ibnu
Hanbal tidak sependapat dengan sahabat seperti diatas. Oleh karena itu, ia
kemudian di uji dalam kasus Mihnah oleh aparat pemerintah.
2.
IBNU
TAIMIYAH
Riwayat Singkat Ibnu Taimiyah
Nama
lengkap beliau adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abi Al Halin bin Taimiyah.
Dilahirkan di Harran pada hari senin tanggal 10 Rabiul awal tahun 661 H dan
meninggal di penjara pada malam senin tanggal 20 Dzul qaidah tahu 729 H.
kewafatannya telah menggetarkan dada seluruh penduduk Damaskus, Syam dan Mesir
serta kaum muslimin pada umumnya.
Masa
hidup Ibnu Taimiyah berbarengan dengan kondisi dunia Islam yang sedang
mengalami disintegrasi, dislokasi sosial, dan dekadensi moral dan akhlak. Kelahirannya
terjadi setelah 5 tahun Baghdad dihancurkan pasukan Mongol, Hulagu Khan. Oleh
sebab itu upayanya mempersatukan umat Islam , mengalami banyak tantangan,
bahkan ia harus wafat di dalam penjara.
PEMIKIRAN
TEOLOGI IBNU TAIMIYAH:
a. Sangat
berpegang teguh pada nas (teks Al-quran dan Al-hadits).
b. Tidak
memberi ruang gerak yang bebas kepada Akal.
c. Berpendapat
bahwa AL-Quran memngandung semua ilmu
agama.
d. Didalam
islam yang diteladani hanya 3 generasi saja
(sahabat, tabi’ien dan tabi’I tabi’in)
e. Allah
memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dam tetap
mentanzihkan-Nya.
AKIDAH ISLAMIAH:
Akidah
islamiah pada masa nabi,sahabat serta tabiin
sangat sedehana. Kaum muslimin saat menerima akidah dari nabi kepada
sahabat dan dari sahabat ke pada para tabiin secara turun temurun dengan penuh keyakinan tanpa memerlukan argumen logika dan
filosofis.karena pada saat itu mereka belum mengenal apa yang di sebut ilmu
logika(manthiq) maupun filsafat.
Kedua
macam ilmu tersebut baru di kenal di dalam dunia islam sekitar abad ke tiga
hijriah.bahkan dulu mereka juga belum mengnal ilmu tauhid maupun ilmu
kalam.karena istilah-istilsh itu lahir belakangan pada saat teologi islam mencapaia puncak perkembangannya yang
di capai oleh kaum muktazilah (rasionalisme). Jadi, istilah ilmu tauhid dan
ilmu kalam yang tersohor dewasa ini
adalah istilah yang di ciptakan oleh kaum cendikiawan muslim tempo dulu yang di
kenal dengan kaum muktazilah.
Ada
2 alasan menggapai ilmu tauhid disebut
juga ilmu kalam ,
Pertama,
Karna ilmu tauhid hubungangannya sangat erat dengan kepandaian berkalam
(beragumentasi) untuk mengalah kan lawan bicara nya . masyarakat ilmiah yunani
mengandalkan keahlian berbicara atau disebut dengan logika . kaum filosofis muslimin mengartikan logika dengan mantik
yang artinya sama denga kalam yakni kepandaian berbicara dengan kaidah-kaidah
tertentu .
Kedua,
Karena dalam pembahasan ilmu tauhid, sifat kalam adalah salah satu sifat allah
yang sangat menonjol permasalahannya . hal itu menyebabkan sifat kalam menjadi
isu sentral yang sangat a lot di perdebatkan antara kaum mu’tazilah dan kaum
ahlusunah wal jama’ah . kaum mu’tazilah bersih keras menasfirkan sifat kalam
pada allah yang konsekuensi logis nya ialah al-qur’an bukan lah kalam allah
,melainkan makhluk . isu ini mencuat nama Ahmad Bin Hanbal sebagai pendekar,
sunnah yang dengan gigih mempertahankan pendapatnya bahwa Al-Quran adalah Kalam
Allah.
Perbandingan Akidah Aliran Salafiah dan mutakalimin:
Akidah
salafiah dan mutakalimin sangatlah bertentangan. Karena terdahulu pemahaman
akidahnya semata-mata berdasarkan pada tekstual (harfiah), dan sama sekali
tidak mau menerima segala sesuatu yang kontekstual.dan hal itu seolah-olah kaum
salafiah kaku dan picik dalam memahami konsep islam , terutama dalam konteks
akidahnya. Sebaliknya kaum muktazilah justru mengutamakan pemahaman kontekstual
daripada tekstualnya. Jadi ,akal (rasio) mendapat kontribusi yang lebih besar
dalam pemahaman akidah di kalangan para ahli kalam (mutakalimin).
“Apakah kamu merasakn aman terhadap Allah
yang (berkuasa di langit) bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu
sehingga dengan tiba-tiba bumi itu terguncang?” (QS. A l Mulk: 16)
Jadi
ayat itu mengatakan “{Allah di langit”.Kata langit disini tidak boleh di
takwilkan kepada arti lain , misalnya
tempat yang tinggi. Nabi Muhammad saw.pernah membenarkan ucapan seorang
perempuan (jariah) yang mengatakan Allah di langit karena memang alam
pikirannya baru sampai taraf itu.
Nabi
tidak memarahi dia dan juga tidak di perbaiki kesalahannya. Karena ucapannya
itu tidak dianggap salah.
Sayyidina
Ali ra. berkata:
“Bicaralah dengan manusia sesuai
wawasanya , maukah kalian bahwa orang-orang membohongi Allah dan Rasul-Nya?”
Demikian
pula ayat-ayat lainnya yang seolah-olah Allah bertempat,beranggota, seperti
berwajah,bertangan, dan sebagainya. Semua itu harus di atikan menurut
adanya,tanpa di takwilkan kepada arti lain, melainkan menerima begitu saja
secara dogmatis,tidak boleh menanyakan bagaimana dan dimana.
Dia
betangan seperti tangan-Nya, Dia berwajah seperti wajah-Nya, Dia bersemayam
seperti yang layak bagi diri-Nya. Jadi,tidak ada persamaan dengan tanganya
makhluk,wajahnya makhluk, dan dengan bersemayamnya makhluk, karena Dia
berlainan dengan segala makhluk.
“Tidak ada yang sama dengan-Nya ,
dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS.Asy-Syura:11)
Diriwayatkan
dari Al-Wahid bin Muslim bahwa ia berkata, “Aku
pernah bertanya kepadabertanya Imam Malik bin Anas, Imam Sufyan Al Tsauri, dan
Imam Al Laits bin Sa’ad tentang hadits-hadits yang berkenaan dengan sifat-sifat
Allah swt. Mereka menjawab demikian. Kalian biarkan saja sifat-sifat Allah itu
seperti adanya dengan tanpa bertanya bagaimana.”
Itu
semua baru sekelumit di anatara sekian banyak cara pemahaman ahli slaf me
ngenai akidah. Jadi seperti di katakana terdahulu bahwa metode pemahaman akidah
aliran salafiah adlah metode sederhana saja, seperti metode Al-Qur’an dan
Hadits.
Konsep
akidah salaf menetapkan semua sifat Allah swt.,menurut Al-Quran dan hadist, inklusif
(termasuk) asmaul husna sesuai dengan
apa yang di sifatkan oleh Allah sendiri dan rasuln-Nya.Tidak boleh ada
takwil(pemalingan makna),tidak boleh ada ta’thil (menafikam sebagian atau semua
sifat allah bukan hanya dua puluh yang wajib seperti yang di kenal dengan dua puluh, melainkan sifat-sifat Allah
itu lebih dari iu lagi. Semua sifat kesempurnaan(paripurna) menjadi sifat
Allah. Juga Allah bersifat dengan sifat Af’al (perbuatan), seperti menghidupkan
, mematikan,member rezeki,marah, senang, bangga dan lain-lain sebagainya
seperti tersebut dalam Al-Quran dan kitab-kitab hadits.[10]
Perbedaan yang menonjol dari aliran
salaf dan khalaf
Ialah
sama sekali tidak membenarkan takwil terhadap ayat-ayat mutasyabihat kepada arti
yang tidak seperti aslinya.dan itu di anggap keberanian yang tidak boleh di
lakukan,bahkan pada masa nabi dan para sahabatnya terdahulu tidak melakukan hal
demikian itu.
Aliran
salafiah tetap memberikan warna dan
bentuk spesifik dalam akidah islamiah yang mngesankan kaslian dan kemurniannya. Mereka tetap tegar
di atas dasarnya yang asli tanpa terpengaruh oleh filsafat dan peradaban
modern.[11]
Jalan
yang di tempuh ulama salaf:
Ulama
salaf menempuh jalan yang di bentangkan Al-Qur’anul Karim. Mereka beriman
kepada segala apa yang di datangkan Al-Quran dan mereka memahamkan apa yang
diharapkan kepadanya. Apabila mereka menghadapi ayat yang menimbulkan persangka
tasybieh, mereka mengima ni dengan I’tiqad tanzih, mereka tidak berdaya upaya
membahas ayat ayat itu dan menta’wilkan sesuai denag aketentuan-ketentuan
akal.mereka menyerahkanya itu kepada Allah sendiri , karena yang demikian itu
berada di luar kesanggupan akal. Lantaran yang demikian itu berpautan dengan
Dzat Allah dan sifat-sifat-Nya , sedang Dzat Allah itu bukanlah materi dan
tidak dapat diqiaskannya kepada materi.
D.
ULAMA
KALAF
Aliran khalaf
ada dua macam:
Pertama,
alliran yang amat berlebihan dalam mengkultuskan akal. Menurut pengikut aliran
itu tanpa wahyu pun manusia mampu
mengenal Al-khaliq dan mampu pula membuat syariat dengan bantuan akal sendiri.
Aliran itu di kenal dengan muktazilah
(superasionalisme) sebagaimana yang di terangkan di depan.
Kedua,
aliran yang meneptkan akal sebagai mitra wahyu.Akal dan wahyu saling mendukung
kecuali dalam kasus tertentu. Dalam hal tertentu akal tak cukup mampu memahami
wahyu karena keterbatasannya. Aliran itu di kenal dengan Asya’irah (skolastisme) atau
juga di sebut rasionalisme moderat.
Dalam
ilmu ketauhidan, kaum Asya’irah dianggap sebagai golongan moderat antara
salafiah dan muktazilah. Oleh karena moderatnya, maka mazhab itu banyak
pengikutnya. Di perkirakan lebih dari 70% umat islam di seluruh dunia mengikuti
mazhab tersebut.
Adapun
penyebab mayoritas umat islam menganut
mazhab Imam Al Asy’ari ialah karena mazhab itu cukup mpuh untuk menjawab
argumentasi kaum muktazilah (mutakalimin) dan kaum falasifah yang senantiasa
mengunakan dalil-dalil logika (mantik). Perkembangan ilmu kalam pada masa itu telah mencapai puncaknya , sementara
peranan kaum muktazilah dalam memodifikasi ilmu akidah menjadi ilmu kalam
adalah pionernya.[12]
Meskipun
golongan Asya’irah di akuii oleh jumhur umat islam sebagai golongan najiah (ahlus sunnah), namun
sebagian kaum salafiyah keberatan menerimanya. Dan menurut mereka Asya’irah
ialah tidak lain dari muktazilah gaya baru yang berjubahkan sunni. Oleh karena
itu, Ibnu Tamiyah yang tokoh salafiah itu menyerang habis-habisan kaum
Asya’irah.Kaum Asya’irah menurut ibnu Tamiyah termasuk golongan mu’ttahilah (menafikan
sebagian sifat Allah).
Meskipun
anggapan kaum salafiah seperti itu terhadap golongan Asya’ari,mereka tatap
tasamuh (berlapang dada) untuk menanggapi salafiah sebagai mitra dan bukan
sebagai rival. Kecuali salafiah versi Ibnu Tamiyah yang diangap keterlaluan dan
kelakuan yang mengacu kepada aliran khawarij yang suka mengkafirkan orang
berbuat dosa besar.
Tokoh
salafiah , Imam Ahmad bin Hmbal ra. (241 H) telah melawan aliran muktazilah
dengan gigihnya.dia telah mempertaruhkan jiwa raganya dalam melakukan
pembelaannya terhadap akidah ahlusunnah waljama’ah.jika tidak di lawan maka
orang-otrang akan menganggap bahwa Al-Quran bukan kalam Allah karena sifat
Allah tidak bersifat dengan sifat kalam dan jugab dengan sifat-sifat lainya.
TOKOH – TOKOH ULAMA’ KHALAF
A. AL- ASY’ARI
Riwayat
singkat Al-Asy’ari
Nama
lengkap Al-Asy’ari adalah Abu Al-Hasan Ali bin Isma’il bin Ishaq bin Salim bin
Isma’il bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari.
Menurut beberapa riwayat Al- Asy’ari lahir di Bashrah pada Tahun 260 H/875 M.
ketika berusia lebih dari 40 tahun, ia hijrah ke kota Baghdad dan wafat disana
pada Tahun 324 H/935 M.
Al-Asy’ari
menganut faham Mu’tazilah hanaya samapai ia berusia 40 tahun. Setelah itu,
secara tiba-tiba ia mengumumkan dihadapan jamaah masjid Basrah bahwa dirinya
telah meninggalkan faham Mu’tazilah dan menunjukkan keburukan-keburukannya.
Menurut Ibn Asakir yang melatarbelakangi
Al-Asy’Ari meninggalkan faham Mu’tazilah adalah pengakuan Al-Asy’ari
telah bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW sebanyak tiga kali, yaitu pada
malam ke-1-,ke-20 dan ke-30 bulan Ramadan. Dalam tiga mimpinya itu, Rasulullah
memperingatkannya agar meninggalkan faham yang telah diriwayatkan dari beliau.
Doktrin-doktrin Teologi Al Asy’ari
a. Tuhan
dan sifat-sifat-Nya
b. Kebebasan
dalam berkehendak (free-will)
c. Akal
dan wahyu serta kriteria baik dan buruk
d. qadim-nya
Al-Quran
e. Melihat
Allah
f. Keadilan
g. Kedudukan
orang berdosa
B. AL-MATURIDI
Riwayat
singkat Al-Maturidi
Abu
Manshur Al-Maturidi dilahirkan di Maturid, sebuah kota kecil didaerah
Samarkand, wilayah Trmsoxiana di Asia Tengah, daerah yang sekarang di sebut
Uzbekistan. Tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti, hanya diperkirakan
sekitar pertengahan abad ke-3 Hijriyah. Ia wafat pada tahun 333 H/944 M.
Karir
pendidikan A-Maturidi lebih dikonsentrasikan
untuk menekuni bidang teologi daripada fiqih. Ini dilakukan untuk
memperkuat pengetahuan dalam menghadapi faham-faham teologi yang berkembang
pada masyarakat Islam, yang dipandangnya tidak sesuai dengan kaidah yang benar
menurut akal dan syara. Pemikiran-pemikirannya banyal dituangkan dalam bentuk
karya tulis.
Doktrin-doktrin Al-Maturidi
a. Akal
dan wahyu
b. Perbuatan
manusia
c. Kekuasaan
dan kehendak mutlak tuhan
d. Sifat
Tuhan
e. Melihat
Tuhan
f. Kalam
Tuhan
g. Perbuatan
manusia
h. Pengutusan
rasul
i.
Pelaku dosa besar (murtakib al kabir)
Kemudian
Imam Al-Asy’ari juga menyerang paham muktazilah dengan keras.meskipun ia dalam
masalah Al-Quran berposisi netral. Ia mngatakan ,” Kalam Allah itu (Al-Quran)
mempunyai dua dimensi,sama hal nya dengan kalam masia juga” . Seseorang disebut
berkalam (berbicara ) haruslah di lihat dari dua sisi. Satu sisi ia bersuara
dengan lisannya, an satu sisi lagi ia berbicara dalam hatinya.
Jadi
, Kalam yang melalui lisan terdiri atas huruf dan suara.sedangkan kalam yang
melalui hati tidak bersuara dan tidak
berhuruf.Demikian pula halnya dengan kalam Allah. Ada kalam huruf dengan
bersuara seperti Al-Quran yang di bacakan itu , maka ia disebut makhluk , sebab ia berhuruf dan
bersuara. Akan tetapi pengertian yang di kandung oleh Al-Quran itu secara azali
yang tidak kedengaran suaranya dan tidak kelihatan hurufnya, maka itu;ah yang
di sebut kalam Allh yang azali.[13]
BAB
III
KESIMPULAN
Dari
beberapa aliran yang dipaparkan pada makalah ini, dapat diketahui bahwa banyak
sekali terjadi perdebatan masalah I’tiqad dari masing – masing aliran tersebut,
misalnya : pada golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan
Allah tidak punya sifat. Kaum Mu’tazilah mengatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai
sifat, Tuhan mendengar dengan Dzat-Nya, Tuhan melihat dengan Dzat-Nya, dan
Tuhan berkata dengan Dzat-Nya. Paham ini
bertentangan dengan paham Ahlussunnah wal Jama’ah yang mengatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat, bukan satu bukan
dua, tetapi banyak. Ada sifat yang mesti (wajib) ada pada Tuhan, ada yang
mustahil (tidak mungkin) ada pada Tuhan,dan ada yang harus ada pada Tuhan. Atau
ajaran mereka tentang Al-Manzilah Bain Al-Manzilatain. Adapun pendapat Wasil bin
Atha bahwa pelaku dosa besar berada diantara dua posisi (Al-manzilah bain
al-manzilatain). Pokok ajaran ini adalah bahwa mukmin yang melakukan dosa
besar dan belum bertaubat bukan lagi disebut mukmin atau kafir tetapi fasik,
dan ajaran – ajaran yang lainnya.
Oleh
karena itu untuk mengatasi kekurangfahaman tentang perselisihan beberapa pokok
ajaran dari aliran – aliran tersebut, perlu adanya pemahaman lebih berkaitan
tentag hal itu.
Tentang
Salaf dan Khalaf:
·
Aliran salafiah senantiasa
mempertahankan konsepsi akidah islamiyah yang asli-tradisional dengan penuh
konsekuen sesuai dengan doktrin akidah pada masa nabi dan masa sahabat serta
tabiin
·
Aliran khalaf ada dua macam:
Pertama,
alliran yang amat berlebihan dalam mengkultuskan akal.
Kedua,
aliran yang menempatkan akal sebagai mitra wahyu.
DAFTAR
PUSTAKA
Syihab,Z. A. 1998. Akidah
Ahlus Sunnah . Jakarta: BUMI AKSARA.
Al-Hilaly,salim bin
I’d. 2001. Manhaj Salaf. Jakarta-Selatan: PUSTAKA AZZAM.
Rochimah,dkk. 2011. Ilmu
Kalam . Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
As-shan’ani,muhammada
bin ismail al amir. 2004. Perbedaan Ulama
salaf & khalaf tentang neraka.
Jakarta selatan: Pustaka azzam.
Abbas, Siradjuddin.
2010. I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah.
Jakarta Selatan: Pustaka Tarbiyah Baru.
Rozak, abdul dan
Rosihon Anwar. 2011. Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Setia
[1]
M.H. Thabathba’I, Islam Syi’ah, Asal Usul
dan Perkembangan, terj.Djohan
Effendi, PT.Grafiti Press,Jakarta, 1989, hlm.37 dan 71
[2]
Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam. hlm
34
[4]
K.H.SiradjuddinAbbas, I’tiqad Ahlusunnah
Wal Jamaah.93
[5]
DR.M.DHIAUDDIN,Teori Politik Islam.hlm:24
[6] Abbas Siradjuddin. I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Hlm 207
[8]
Prof. Dr. Abdul Rozak dan Prof. Dr. Rosihan Anwar. Ilmu Kalam. Hlm 110
[9] Ibid hlm. 112
[10] Z. A. Syihab, AKIDAH AHLUS SUNNAH, 29
[11]
Z. A. Syihab, AKIDAH AHLUS SUNNAH, 31
[12]
Z. A. Syihab. Akidah Ahlus Sunnah, 37
[13] Z. A. Syihab. Akidah Ahlus Sunnah, 39-40